tag:blogger.com,1999:blog-59563961362073052932024-03-14T17:16:00.401+07:00ARSIP NARASIJejak seorang pengembaraGagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.comBlogger144125tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-15516516669044633942022-06-23T20:59:00.001+07:002022-06-23T21:08:49.354+07:00SHE SACRIFICES A LOT<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzuKipW32EjCalVyfp8wGT2ZVOmyaxOU4VyFQndvoXod3NBcyUKNpYMJdbavoEAxxCiOzGF_l_BcTBTRGct3050R7MmpAdFNWqBA6fqghki6wPKlhyphenhyphenFbenUnu6pgx5B5TFMHN1I-_WxYg/s1600/1655993311013098-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzuKipW32EjCalVyfp8wGT2ZVOmyaxOU4VyFQndvoXod3NBcyUKNpYMJdbavoEAxxCiOzGF_l_BcTBTRGct3050R7MmpAdFNWqBA6fqghki6wPKlhyphenhyphenFbenUnu6pgx5B5TFMHN1I-_WxYg/s1600/1655993311013098-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div>Becoming a mother, my wife sacrifices a lot.<div>She has to watch her body change, has to breast feed 24/7 for at least two years, has to postpone her career as a dentist, and has to spend most of her time at home. </div><div><br></div><div>Becoming a mother, my wife is growing a lot. She's doing all the essential things for our daughter like making nutritious food, teaching her to play, telling her stories of the world, and making sure our little one is healthy.</div><div><br></div><div>By becoming a mother, my wife gets a little help from me. I change Maryam's diaper whenever I am home, watch over Maryam so her mother can sleep, help feed Maryam ocasionally, and buy evening snack for her to enjoy.</div><div><br></div><div>By becoming a mother, my wife is becoming a superwoman. She's cleaning all of Maryam's clothes and eating utensils, reading hundreds of article on children growth, watching tens of parenting videos, and still trying her best to entertain her mother.</div><div><br></div><div>Since becoming a mother, my wife earns a lot of respect. Relatives and in laws pay more attention on her words, friends greet her whenever she post parenting tips, I follow her order on anything related to Maryam, and most importantly, she values herself even more.</div><div><br></div><div>Since becoming a mother, my wife is having a roller coaster ride. She's busy raising Maryam while hoping her career to kickstart soon, managing our family budget while planning for a next roadtrip, supporting my mobile work while dreaming for a permanent residence, and keeping her faith in Allah while expressing her anger at hard times.</div><div><br></div><div>My wife becoming a mother, is indeed one remarkable personal transformation. And I am a proud and honored husband to have witness it firsthand.</div><div><br></div>Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-21649427074945933662021-11-15T18:03:00.000+07:002021-11-15T18:03:28.152+07:00MENGENANG SAHABAT<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGirL34xIkR3KZ93rlmXNavIfm_HPsQJ8g2wL45Cyb34ESHxWk9G8jH27A_wpKE_hKEsWfw5fkKRVy2QM543CJFDX4ie4Yv8-HUOF_FeHKfF5BAniaqNcSyO2yWCrxq2gnt7_ZLhcN9z4/s1600/1636974200783467-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGirL34xIkR3KZ93rlmXNavIfm_HPsQJ8g2wL45Cyb34ESHxWk9G8jH27A_wpKE_hKEsWfw5fkKRVy2QM543CJFDX4ie4Yv8-HUOF_FeHKfF5BAniaqNcSyO2yWCrxq2gnt7_ZLhcN9z4/s1600/1636974200783467-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Aku memandangi lautan bersama segenap kenangan tentangmu sahabat.</div><div>Betapa besar samudra ini, begitu berisik penuh riuh ombak. </div><div><br></div><div>Garis horison hanyalah keterbatasan indera manusia memandang. </div><div>Luasnya laut di depanku masih terhampar ribuan kilometer melampaui garis semu itu. Tak berujung, saling tersambung ke seluruh penjuru dunia.</div><div><br></div><div>Betapa tak berdaya manusia di hadapan lautan. </div><div>Betapa kecil kehidupan kita di hadapan dunia ini. </div><div>Bahkan batuan di tepi pantai lebih banyak meninggalkan jejak daripada kita, karena telah bertahan dihempas ombak jutaan tahun lamanya.</div><div><br></div><div>Manusia lahir dan meninggal tanpa banyak meninggalkan jejak. </div><div>Kita hanya mampir 60 atau 70 tahun saja di dunia, lalu kembali ke liang lahat menjadi setumpuk tanah. </div><div><br></div><div>Hanya piramida dan beberapa runtuhan peradaban kuno yg sanggup bertahan. </div><div>Itu pun hanya dalam hitungan ribuan tahun. Sisanya lenyap dimakan zaman. </div><div>Hilang ditelan alam.</div><div><br></div><div>Karena manusia mengerti bahwa mustahil untuk bisa bersaing dengan ketangguhan alam, nenek moyang kita mengajarkan kita untuk berkisah. </div><div>Kita selalu mendengar kisah nabi Adam dan Nuh namun peninggalan tertua manusia hanya sebatas bangunan Piramida dan runtuhan desa catalhoyuk.</div><div><br></div><div>Maka dari itu, izinkanlah aku mengabadikanmu dalam kisah ini. Supaya kenangan tentangmu tetap diingat. </div><div><br></div><div>Sahabatku yang telah pergi masih ingatkah pengalaman kita di depan lautan lima tahun lalu. </div><div>Di tepi pantai Wediombo, takjub kepada megahnya pantai selatan pulau Jawa. </div><div>Kita bertiga, aku, kamu dan faiq. Berkemah di pinggir pantai malam-malam. Walaupun tak sempat menyaksikan senja, pengalaman kemah itu akan selalu berkesan.</div><div><br></div><div>Setelah tiga jam lebih mencari lokasi kemah, kita tiba pukul 11 malam. Meski lelah obrolan malam itu harus tetap ada. Karena inti dari berkemah adalah berbagi kisah. Tak ada api unggun, hanya kompor kecil milik Faiq yg menemani malam kita. Menyantap mie rebus lalu dilanjutkan obrolan ringan. </div><div><br></div><div>Betapa hangat malam itu, tiga orang sahabat berbagi keluh kesah, lalu saling tertawa akan masa masa SMA yg belum lama, kemudian bertukar asa akan masa depan. Aku yg masih melanjutkan studi, Faiq yg akan pergi ke kota baru, dan kau yg akan menikah. </div><div><br></div><div>Terima kasih Lindi, karena meski hanya melalui beberapa event waktu SMA, dan empat pertemuan saat kuliah, persahabatan kita akan kekal dalam kisah-kisah yg akan kusampaikan pada anak cucu kita kelak, melalui garis keturunan kita masing masing. Sampai jumpa di lain kesempatan, semoga pertemuan berikutnya akan kekal</div><div><br></div>Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-19396447322788352812021-09-14T17:42:00.001+07:002021-11-15T23:21:41.600+07:00WANITA PALING ...<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqVsM22JHCiVofPM7OwlqEg0L_sTaCR3pZ548qIzTNB2Ps3OU6EmwQQI6D1ngfDtNs6hOznnDTsGMrZEn8QjJ4W-MNsxt68KfLX__MjNLWRyXHpD8IkVH38Vp61ftldNhJ9RRE5lm3UZ0/s1600/1631616147952570-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqVsM22JHCiVofPM7OwlqEg0L_sTaCR3pZ548qIzTNB2Ps3OU6EmwQQI6D1ngfDtNs6hOznnDTsGMrZEn8QjJ4W-MNsxt68KfLX__MjNLWRyXHpD8IkVH38Vp61ftldNhJ9RRE5lm3UZ0/s1600/1631616147952570-0.png" width="400">
</a>
</div><div>Aku rasa setelah sekian lama kupikirkan, Putri adalah wanita terbaik yg pernah aku jumpai. Karena tak hanya cantik, pintar dan soleh, ia juga penuh dengan rasa empati. Sesuatu yg amat bernilai, namun sering terlupa oleh orang-orang. Dan aku amat beruntung bisa merencanakan kehidupan untuk bertahun-tahun ke depan bersamanya. </div><div><br></div><div>Hari ini dia berulang tahun yang ke dua puluh tujuh. Ini adalah ulang tahun terakhirnya sebelum resmi menjadi ibu untuk M...... Maka aku ingin mendedikasikan tulisan ini untuk istriku tercinta. Selamat Ulang Tahun Sayang.</div><div><br></div><div>Saat SD pikirku wanita terbaik adalah yg paling cantik, maka tiap hari kucoba sebisa mungkin menyapa dan bercanda dengan para kembang kembang kelas.</div><div><br></div><div>Saat beranjak SMP pikirku bertambah tentang wanita terbaik, tak hanya cantik mereka juga seharusnya pandai entah itu menari, menyanyi, membaca, menulis atau melukis, maka perhatianku selalu mengarah pada gadis-gadis yg bisa melakukan satu atau lebih dari kemampuan-kemampuan tadi </div><div><br></div><div>Kemudian saat SMA kriteria wanita terbaik ini bertambah menjadi cantik, pintar dan soleh, maka aku mencoba mendekati mereka yg cantik, pintar dan paling tidak sepemikiran denganku tentang agama</div><div><br></div><div>Hingga masuk kuliah, kupikir kriteria ini tak banyak membantuku dalam hal percintaan, karena tak pernah benar-benar ada yg bisa dekat, hanya beberapa kencan kemudian hilang. Atau mungkin aku sendiri tak cukup baik berada di dekat siapapun lama lama.</div><div><br></div><div>Sementara itu hati sepi ini tak pernah benar-benar puas ketika berada di dekat mereka yg cantik, atau pintar, apalagi yg soleh. Setiap pendekatan hanya bermuara pada saling cek kriteria antara apakah dia yg saya cari atau apakah saya yg dia cari. </div><div><br></div><div>Transaksi ini selalu berakhir karena setelah beberapa pertemuan, atau setelah beberapa percakapan chat atau telepon, ada saja yg kurang dariku atau darinya. </div><div><br></div><div>Entah mengapa siklus perpisahan ini berhenti ketika aku bertemu dengan Putri. Yang bermula dari membantu seorang teman di terminal, lalu berlanjut jadi kencan dan berakhir di pelaminan. </div><div><br></div><div>Bagiku Putri masuk ke dalam semua kriteria yaitu cantik, pintar dan soleh. Namun di samping itu Putri adalah wanita yang amat sangat empatik. Ia mendahulukan perasaan dan kepentingan orang sebelum dirinya, bahkan hingga pada tingkat harus diingatkan bahwa terkadang ia harus mementingkan dirinya sendiri terlebih dahulu.</div><div><br></div><div>Tidak ada hari di mana Putri tidak menyampaikan penghargaannya atas apa apa yg telah kita lakukan untuknya. Suatu hal yg tak semua orang bisa lakukan. Karena dibutuhkan kedewasaan lebih bahwa manusia butuh bantuan orang dan bantuan yg didapat sekecil apapun layak untuk diberi penghargaan, meski hanya dalam bentuk pengakuan dan terima kasih.</div><div><br></div><div>Sebagai suami yg belum dewasa secara utuh, empati Putri adalah sumber energi yg amat berharga, untuk mendukung segala bentuk usaha, dan juga menyokong segala rupa mimpi. Dan sebagai calon Ibu, aku berharap empati ini akan menjadikannya lebih peka terhadap perasaan anak yg terkadang tersembunyi di balik tangis dan tawa.</div><div><br></div><div>Terima kasih Putri, karena sudah menjadi wanita terbaik. Semoga panjang umurmu dan bahagia hidupmu bersamaku...</div>Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-66067329875398406222021-06-12T17:49:00.000+07:002021-11-15T23:05:54.428+07:00SATU DEKADE<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJLQdGJCndxdd_EuFEuCex0Q_5S1rac-R2aFBV2maLm3Bi8OpDD4KmQZy-Q62lrpxTwSKNIrvWhkwg5KlJXylHYTDwfGtxBvfZjiGLbEOd3m0gVjtviswesoY9ggbPxIhCj_LqtUlul7Q/s1600/1631619806484840-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJLQdGJCndxdd_EuFEuCex0Q_5S1rac-R2aFBV2maLm3Bi8OpDD4KmQZy-Q62lrpxTwSKNIrvWhkwg5KlJXylHYTDwfGtxBvfZjiGLbEOd3m0gVjtviswesoY9ggbPxIhCj_LqtUlul7Q/s1600/1631619806484840-0.png" width="400">
</a>
</div>Siapa yang menyangka kalau sepuluh tahun setelah lulus SMA, aku akan berada di Bandung dan menjalankan usaha kuliner khas Turki. Mungkin ini sangat jauh dari ekspektasi para kerabat karena setelah menimba ilmu geologi dari negara yang jauh, seharusnya aku sedang berada di area-area tambang di Kalimantan atau Sulawesi. Atau seharusny, aku sedang mengajar mata kuliah geokimia di ruang-ruang zoom. <div><p></p><p>Tapi begitulah kehidupan, arusnya mengalir mengikuti celah celah batuan yang arahnya tidak menentu. Apakah ini sebuah kesalahan? ataukah aku dalam posisi merugi karena sekian tahun yang aku habiskan meneliti berbagai jenis air panas berakhir pada usaha kuliner khas Turki. <br></p><p>Apakah jika aku langsung mendapatkan pekerjaan yang sesuai ilmu, hidupku akan lebih baik karena model karir yg umum berlaku, ada keterkaitan antara apa yg dipelajari dan apa yg kemudian dikerjakan? </p><p>Aku tidak pernah tahu sampai mungkin beberapa waktu ke depan. Yang jelas pengamatan sejauh ini, nasibku tak sejalan petunjuk karir seorang geolog. Tetapi aku tak ingin ambil pusing, karena toh di antara kesibukanku mengadon pide, aku tetap bisa mempelajari berbagai data sampel air panas milik kementrian ESDM. Bahkan aku sempat menyiapkan proposal ke beberapa kabupaten dan kota mengenai cara-cara pemanfaatan sumber air panas ini selain untuk listrik.</p><p>Ya begitulah perkembangan kehidupan. Sampai saat ini, aku dan istri telah memanggang seribu pide. Mungkin beberapa ribu pide kemudian, nasib akan membawaku ke ribuan pide berikutnya, atau malah ke sumber sumber air panas yg belum diperdaya. Mungkin sampai saat itu, sebaiknya kulakukan keduanya.</p></div>Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-8496204994384216522017-06-10T21:39:00.003+07:002017-06-10T21:57:56.091+07:00BALA BANTUAN UNTUK MAHASISWA DI TURKI<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/TCa1Tp4VtK638Zt1eh__2NId22Bf80PN5z1wMotQyPBECmZcwZFMnkvmu4P6P6L9lnkUbR9ViNKtJ-yO0WScF02Sgcj7IOEl-J7ZtDVT74NG1WDXX00m1iOvSzUiF2KyZKl7yiLw4R1IbAltSBvHrOcX__iRMuqSxFuiyLEs0_ODaNakd7Ut9nA3RuaPn9lHUhVieJgU7nAwse6A7dLx2fRlKnK9wEM0dsBcgFI9fzNk-OvIz5olz801UDog3gyQjR-5PP_jL4QDfvEhrGkx7D4ZMNhqqjVQ0qzb8Fqe0IyIz5s1ykRRALqomayRQkH90_jNQ5rEM1vf5TOzVTt0v-CzaaG6p0X6knRjJDwqPgGdcOBdz7kPTRuaOvF_c0bvNVqzH3X0iRFN-yjtEKv62Ypkb_1UEjfgdF58_6TLZcHrh56yFPpx7lVg4RKvMWveUEcvSz97jO347j0vx0f2Ong7HgZbvMyYW5BhbEGLg_6fMJvYMV5MjwtmlTFCw084TwkzGnW4HPRka1IqsymCLt0Jr57IbeWDNeU_qPZXNtGfRWEntzEF-fD3SWvIHnzgDmzHLTXO5a3DEg4K6azid1hATUdr16amrIYJDi0TIOm6xeFz=w1051-h700-no" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1050" height="266" src="https://2.bp.blogspot.com/TCa1Tp4VtK638Zt1eh__2NId22Bf80PN5z1wMotQyPBECmZcwZFMnkvmu4P6P6L9lnkUbR9ViNKtJ-yO0WScF02Sgcj7IOEl-J7ZtDVT74NG1WDXX00m1iOvSzUiF2KyZKl7yiLw4R1IbAltSBvHrOcX__iRMuqSxFuiyLEs0_ODaNakd7Ut9nA3RuaPn9lHUhVieJgU7nAwse6A7dLx2fRlKnK9wEM0dsBcgFI9fzNk-OvIz5olz801UDog3gyQjR-5PP_jL4QDfvEhrGkx7D4ZMNhqqjVQ0qzb8Fqe0IyIz5s1ykRRALqomayRQkH90_jNQ5rEM1vf5TOzVTt0v-CzaaG6p0X6knRjJDwqPgGdcOBdz7kPTRuaOvF_c0bvNVqzH3X0iRFN-yjtEKv62Ypkb_1UEjfgdF58_6TLZcHrh56yFPpx7lVg4RKvMWveUEcvSz97jO347j0vx0f2Ong7HgZbvMyYW5BhbEGLg_6fMJvYMV5MjwtmlTFCw084TwkzGnW4HPRka1IqsymCLt0Jr57IbeWDNeU_qPZXNtGfRWEntzEF-fD3SWvIHnzgDmzHLTXO5a3DEg4K6azid1hATUdr16amrIYJDi0TIOm6xeFz=w1051-h700-no" width="400" /></a></div>
<span lang="EN-ID"><br /></span>
<span lang="EN-ID">Siapa</span> yang tidak merasa
simpati pada kawan yang punya prestasi namun keluarganya tidak sanggup
membiayainya bersekolah. Beruntunglah mereka yang lahir dari keluarga mampu.
Beruntung pula mereka yang tidak mampu lalu mendapat beasiswa atau santunan.
Selama enam tahun menimba ilmu di Turki, saya banyak menjumpai teman-teman yang
berasal dari keluarga pas-pasan. Mereka lalu mendapatkan beasiswa dari sebuah
yayasan di sini. Namun nasib yayasan tersebut berakhir tragis pada tahun 2016.
Mereka dipaksa tutup karena diduga ikut serta dalam usaha kudeta Negara Turki.
Nasib teman-teman ini pun menjadi pertanyaan. Pilihan mereka saat itu hanya
dua, pulang ke Indonesia dan menyarah, atau bertahan sampai ada bantuan dari
pihak lain datang.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Situasi ini untungnya tidak
berlangsung lama. Hanya dua bulan pasca kejadian ditutupnya yayasan itu,
pemerintah Indonesia bertindak tanggap dengan memberikan bantuan pada para
mahasiswa yang menerima nasib malang di Turki. Tak tanggung-tanggung, bantuan
ini meliputi uang sekolah, uang saku dan juga uang akomodasi selama satu
semester. Wajah muram mahasiswa yang terputus beasiswanya kembali ceria. Mereka
bahagia karena kesempatan menyelesaikan pendidikan di negeri seribu menara ini
belum sirna. Sebenarnya ada sekitar 500 orang mahasiwa yang punya afiliasi
dengan yayasan terduga itu. Namun karena dana yang ada hanya diperuntukan bagi
mereka yang kurang mampu, maka diadaan pendataan supaya hanya yang benar-benar
kurang mampu saja yang mendapatkan bantuan tersebut. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah proses pendataan ketat,
akhirnya sekitar 250 mahasiswa menerima bantuan ini. Meskipun dapat dikatakan
sukses menyelesaikan masalah, ada beberapa hal yang menjadi ganjalan. Usut
punya usut, dari sekian banyak mahasiswa yang menerima dana ini, ternyata ada
beberapa di antara mereka yang terindikasi berasal dari keluarga mampu secara finansial.
Tentu saja hal ini dianggap wajar, karena parameter seleksi data yang ada,
disiapkan dalam jangka waktu yang pendek. Sebagai mahasiwa yang ikut memantau proses
seleksi ini, saya juga menganggap maklum. Sebagai bentuk tanggung jawab, pihak
penyebar dana bantuan itu menyatakan komitmen jika semester yang akan datang ketika
bantuan dating lagi, akan diadakan pendataan yang lebih merinci.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Meski sengketa bantuan “salah
sasaran” sudah mencapai titik damai. Ternyata ada oknum penerima beasiswa yang
berulah. Salah tiga dari beberapa orang mampu penerima bantuan ini, memutuskan
untuk jalan-jalan keluar negeri. Dan destinasi mereka tidak main-main, negara-negara
Eropa barat yang terkenal mahal. Parameter seleksi penerima dana bantuan yang
kurang akurat dapat dimaafkan karena waktu yang terbatas. Namun kelakuan
beberapa oknum ini tidak bisa dimaafkan dan telah membuat keruh susasana. Hal
ini bertambah parah karena mereka mempublikasikan perjalanan itu melalui
unggahan-unggahan foto di berbagai media sosial. Potret kebahagiaan mereka yang
dilatar belakangi pemandangan kota antik ala Eropa barat tersebar luas di
jaringan internet.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kelakuan ini membuat orang heran
akan tingkat kepekaan mereka terhadap asal-usul dana bantuan tersebut. Karena
jika mengingat bahwa dana itu berasal dari pendapatan pajak negara, maka mereka
sebenarnya bertanggung jawab pada ratusan juta pembayar pajak ini. Bayangkan apa yang akan dikatakan masyarakat
jika uang hasil dari jerih payah lintas golongan rakyat Indonesia digunakan
untuk jalan-jalan ke Eropa barat. Golongan ini meliputi rakyat yang mempunyai
penghasilan lima jutaan per hari sampai mereka yang punya gaji ratusan juta.
Tentu ini masih belum parah jika dibandingkan dengan kelakuan anggota DPR yang
sesuka hati melakukan studi banding ke luar negeri dengan fasilitas kelas satu menggunakan
uang rakyat. Namun sikap foya-foya yang dilakukan oknum penerima dana bantuan
ini yang tanpa memikirkan asal muasal uang itu adalah awal ideal kebiasaan
korupsi kelas anggota DPR. Kalau sikap ini dibiarkan tanpa kritik keras, ia
akan menjadi kebiasaan yang dianggap benar.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Jika ketidakbenaran aksi mereka
jalan-jalan masih dipertanyakan, mari kita diskusikan lebih lanjut di sini.
Pertama: jalan-jalan adalah bentuk kebutuhan yang bersifat tersier. Yaitu
seseorang akan melakukannya jika telah memenuhi kebutuhan dasar dan sekunder seperti
sandang, pangan, papan dan biaya sekolah. Kemampuan finansial seseorang diukur
dari bagaimana mereka mampu memenuhi berbagai hierarki kebutuhan ini. Orang
tidak mampu adalah mereka yang bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar
seperti sandang, pangan dan papan. Orang yang kurang mampu ada di hierarki
berikutnya yaitu mereka yang telah memenuhi kebutuhan dasar, namun belum bisa
memenuhi kebutuhan sekunder seperti sekolah, kendaraan dan kesehatan. Hierarki ini
berlanjut terus, berjalan seiring kemampuan ekonomi seseorang. Semakin mampu,
maka ia akan bisa mencukupi kebutuhan dasar, sekunder, tersier dan seterusnya.
Kembali pada pembahasan utama topik tulisan ini yaitu dana bantuan yang diberikan
pemerintah RI pada sejumlah mahasiswa di Turki. Dana ini sebenarnya ditujukan
pada mahasiswa yang kurang mampu. Dengan kata lain, dana itu diperuntukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan sekunder. Jadi jika uang ini digunakan untuk
keperluan tersier seperti jalan-jalan, maka telah terjadi kesalahan penggunaan.
Apalagi jika jalan-jalan ke Eropa barat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tentu akan muncul sebuah argumen pembelaan,
bahwa kita tidak pernah tahu apakah yang terpakai itu adalah uang dana bantuan,
ataukah uang dari keluarga sendiri. Alasan ini memang benar adanya, namun
seorang mahasiswa yang “kuliah di luar negeri” harusnya bisa memikirkan etika dalam
menggunakan dana ini. Jika keluarga para oknum ini memang mampu memberi uang
ekstra untuk jalan-jalan keluar negeri “eropa barat”, lalu kenapa mereka berani
mendefinisikan diri sendiri sebagai kalangan kurang mampu yang layak mendapatkan
dana bantuan pemerintah RI? Bukankah ini sebuah tindakan di luar batas?
Parameter yang disusun oleh panitia penyebar beasiswa boleh jadi kurang akurat,
namun kelakuan mereka yang berasal dari kalangan mampu untuk mengambil dana
bantuan adalah kurang ajar. Apalagi sampai hati menggunakannya untuk
jalan-jalan, siapapun berhak menyematkan nama-nama buruk untuk mereka. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kasus ini tidak serta merta
menyimpulkan bahwa banyak mahasiswa yang tergolong mampu, berani mengambil dana
bantuan. Buktinya ada sekitar lima orang yang awalnya masuk ke dalam daftar
mahasiswa penerima dana bantuan, yang memutuskan mengundurkan diri dengan alasan
mereka merasa berasal dari keluarga masih mampu. Tindakan penuh kehormatan ini
patut diberi apresiasi di tengah munculnya kasus penyelewengan dana oleh
beberapa oknum.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bisa jadi benar, bahwa oknum yang
disebutkan di tulisan ini sebenarnya jalan-jalan menggunakan dana sendiri.
Namun keberadaan nama mereka dalam daftar penerima dana bantuan, dan waktu
liburan ke “Eropa Barat” yang mereka habiskan hanya berselang beberapa waktu
setelah dana bantuan itu cair memberikan impresi lain pada kita yang mengamati
dari sekitar. Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk lebih
peka terhadap masalah penggunaan dana pemerintah, sejak masih menjadi mahasiswa.</div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-66130594448457283702016-06-15T21:36:00.001+07:002017-06-10T21:55:53.906+07:00IMAJINASI KEBEBASAN<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/YhOaYq0mRWtEgvJKtsRz7KJmTyqstuOci3HlrDsLIR_s5uEGlMQaJefM8rodeBsYNle-s0FFilTMnMy5qtWaEu8J5XO6_HDaNtLXDHzv7AzkzacUMZRdJ7WCI9VZbcKa2HNqjGDjSRisuKkiTXEENtjgYM17rWfdYJpvPS5pYKMwKfwnomHvfGV-hfelukhkiS0QxnT3nCreGXXQwpDiqbbV_5-dtauE35cPecGu3-O0V4Y8KwRyvCJW00zhZBufMsKOU75Zm7b4X6kQ6WWPNCtB2aHuwOGiOVP_iFZU5KDcGtc9uV2QJmm0nglEfOm6JyqoJK9kKLKD_-kjQbgUSJUs_1n_BBqwVk1s0-mt3rBeEQGtqElc2NNb5OEy9Q6FR__5kuE6Zvl1oo6F9ZnhChon9lg6o_KRXYxpCD3L-zZantKeJNutWZpSgp5a_GArwwsxU4tA0g1GdxmxnODrOOtBCOVbC71yZuuT49lQok56GZtp3YorOMW6T4LrnNqWYGVvA3oSTlN9DMf0LnDvavdWcEOduICp3LZ5QbRwpCQuY4aPPJiz8J5O_ftO2DH3ZbnXI6fqR4bxdZZceaKR-LxalPArvi8YnFwcXhKBEKqZswMLVyhv=w1051-h700-no" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1050" height="265" src="https://4.bp.blogspot.com/YhOaYq0mRWtEgvJKtsRz7KJmTyqstuOci3HlrDsLIR_s5uEGlMQaJefM8rodeBsYNle-s0FFilTMnMy5qtWaEu8J5XO6_HDaNtLXDHzv7AzkzacUMZRdJ7WCI9VZbcKa2HNqjGDjSRisuKkiTXEENtjgYM17rWfdYJpvPS5pYKMwKfwnomHvfGV-hfelukhkiS0QxnT3nCreGXXQwpDiqbbV_5-dtauE35cPecGu3-O0V4Y8KwRyvCJW00zhZBufMsKOU75Zm7b4X6kQ6WWPNCtB2aHuwOGiOVP_iFZU5KDcGtc9uV2QJmm0nglEfOm6JyqoJK9kKLKD_-kjQbgUSJUs_1n_BBqwVk1s0-mt3rBeEQGtqElc2NNb5OEy9Q6FR__5kuE6Zvl1oo6F9ZnhChon9lg6o_KRXYxpCD3L-zZantKeJNutWZpSgp5a_GArwwsxU4tA0g1GdxmxnODrOOtBCOVbC71yZuuT49lQok56GZtp3YorOMW6T4LrnNqWYGVvA3oSTlN9DMf0LnDvavdWcEOduICp3LZ5QbRwpCQuY4aPPJiz8J5O_ftO2DH3ZbnXI6fqR4bxdZZceaKR-LxalPArvi8YnFwcXhKBEKqZswMLVyhv=w1051-h700-no" width="400" /></a></div>
<br />
Imajinasi kebebasan setelah aku tumbuh dewasa tidak seseru kebebasan yang aku tahu dahulu. Ketika masih kecil, aku sering membayangkan kebebasan adalah bisa terbang ke angkasa atau bisa berlari seharian di alam liar. Sekarang pikiranku mentok di bagaimana bisa senang-senang di waktu luang atau bisa berbicara seenaknya tanpa merusak perdamaian. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kebebasan yang aku damba dahulu sebenarnya egois karena hanya ada aku sendiri di sana. Ia tidak pernah memikirkan keterlibatan orang lain yang mungkin bisa terbang bersamaku. Selain itu ia juga ceroboh karena harimau alam liar yang bisa memangsaku tak pernah diikutsertakan. Namun bagaimana pun juga, imajinasi itu tetap baik hati karena mau membawaku ke mana saja. Dan imajinasi itu juga penuh perlindungan karena ia tidak mengijinkanku membayangkan mala bahaya yang bisa menimpa. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tetapi kemudian kita dimasukan ke sekolah untuk belajar menjadi manusia yang baik dan tidak ceroboh. Tujuannya agar kita bisa hidup lebih lama dan tidak mati konyol karena mencoba terbang atau berlarian sendirian di tengah hutan. Misi pertama sekolah adalah mengusir imajinasi kebebasan liarku pergi. Aku diajarkan bahwa gravitasi bisa menjatuhkan makhluk apapun yang tak bersayap. Lalu aku juga diberitahu bahwa selain ada harimau, ada ratusan kuntilanak berkeliaran di dalam alam liar sana. Nyaliku menciut, menghimpit imajinasi kebebasan kecilku pelan pelan sebelum akhirnya terusir pergi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Misi kedua sekolah adalah menawarkan konsep baru tentang kebebasan. Aku diajarkan bahwa waktu tidak bisa ditukar dan akan habis pada suatu hari. Jika tak belajar dan bekerja, maka sia sialah waktu hidup seorang manusia, Lalu aku juga diberitahu bahwa selain diriku sendiri, ada jutaan budaya dan pemikiran orang lain yang harus aku pikirkan. Jadi jika semua manusia berpikir seenaknya maka hancurlah perdamaian dunia. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Begitulah kemudian imajinasi kebebasan yang awalnya adalah ingin terbang, menjadi sekedar keinginan untuk punya waktu luang. Imajinasi untuk berlarian di alam liar, menjadi sekedar keinginan untuk bisa berbicara seenaknya tanpa harus merusak perdamaian.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-90365007844781770512016-04-25T05:30:00.001+07:002017-06-10T21:57:00.533+07:00GUNUNG UNGARAN<div class="blogaway-section">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/VHoCQiAzJQ6_wBMz43eh0VfS765tNhqg19jttGcSUKcDqmFDLy2JzCycbPOwFXwJRSLmRq29DtJ7js5tu7Vd5asCWSqBucO0ZA3IUCb4M3aOD3If4XsLx-HuT362kTNUFSt25tJevOotKQsF_d2VjkYYHsoewpqsZ5FXMG9mpDhJQ6Tiz5vcSi4Zid6akvD_JvnJS5knpgpImB-BAHuoHxZLaZ6bk-1dJcGV36f5h4aLvU5T4g0lnmshalpB3PjCjX3-m5C6hekn9Qc_T5VEi-ZveHWRZ_B0_35JAOCYKm_aYniKa_Mh4pNfqkQv5to3hwADIDaAhcaW_5e8581aQfhT7NU6-fAg8ITmaISbDGFQ-AZ9K5r6zvcMIplShJDs0G0cNT2bVt4EDSOGwXaAS12LG__l2izzrPNwKdmorBcqANg657F1eWrBlJYpOOokac7nwFwzCZXh49Ugot8SAwcA6ZaVa-oQFMbAL0mMqyQY0H2zAJPQBf5MUjUgY37lL5SWj8E46xYfm2QWdYAfrhYBbqSIp2dMtuRtfyt-qn_Vmc8pXmhFNYnBZ7-lbMCkHkMSN-FCV9GdEHsubi_KsDcohRVEL7GkzzdKCi7eMdhSabHp=w1051-h700-no" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1050" height="266" src="https://4.bp.blogspot.com/VHoCQiAzJQ6_wBMz43eh0VfS765tNhqg19jttGcSUKcDqmFDLy2JzCycbPOwFXwJRSLmRq29DtJ7js5tu7Vd5asCWSqBucO0ZA3IUCb4M3aOD3If4XsLx-HuT362kTNUFSt25tJevOotKQsF_d2VjkYYHsoewpqsZ5FXMG9mpDhJQ6Tiz5vcSi4Zid6akvD_JvnJS5knpgpImB-BAHuoHxZLaZ6bk-1dJcGV36f5h4aLvU5T4g0lnmshalpB3PjCjX3-m5C6hekn9Qc_T5VEi-ZveHWRZ_B0_35JAOCYKm_aYniKa_Mh4pNfqkQv5to3hwADIDaAhcaW_5e8581aQfhT7NU6-fAg8ITmaISbDGFQ-AZ9K5r6zvcMIplShJDs0G0cNT2bVt4EDSOGwXaAS12LG__l2izzrPNwKdmorBcqANg657F1eWrBlJYpOOokac7nwFwzCZXh49Ugot8SAwcA6ZaVa-oQFMbAL0mMqyQY0H2zAJPQBf5MUjUgY37lL5SWj8E46xYfm2QWdYAfrhYBbqSIp2dMtuRtfyt-qn_Vmc8pXmhFNYnBZ7-lbMCkHkMSN-FCV9GdEHsubi_KsDcohRVEL7GkzzdKCi7eMdhSabHp=w1051-h700-no" width="400" /></a></div>
<br />
Tiga tahun setelah upacara kelulusan SMA, aku, Faiq dan Lindi masih rajin ngobrol dalam percakapan digital. Kami hanya bisa bertemu langsung setahun sekali karena keberadaan kampus kami bertiga yang terpisah samudra. Faiq dan Lindi sebenarnya sama-sama kuliah di UNDIP, jadi mereka masih bisa bertemu di Semarang. Hanya diriku saja yang jauh merantau ke Turki. Waktu itu aku sedang berada di tanah air dan sedang dalam perjalanan ke Semarang. Lawatanku tak akan berlangsung lama, hanya dua malam saja. Ibu tidak rela anak sulungnya lama-lama bermain di luar kota Purwokerto. <br />
<br />Karena jarang pergi ke Semarang, aku sangat berharap akan ada sambutan ramai dari teman-teman SMA yang ada di sana. Dengan harapan tinggi melalui grup angkatan, mereka semua kusapa.<br />
<br />"Guys kumpul yuk, aku ke Semarang sore ini" ketikku di grup angkatan<br />
<br />Sembari menunggu tanggapan dari grup, jemariku segera mencari nama Faiq<br />
<br />Gagas: ik jemput di alfamart jam 6 sore.<br />
<br />Faiq: alfamart Purwokerto?<br />
<br />Gagas: janc******k!!!<br />
<br />Faiq: alfamart mana nyet?<br />
.....................................<br />
<br />Bus yang kunaiki menurunkanku dengan sopan tepat di depan alfamart terminal Banyumanik Semarang atas. Waktu menunjukan pukul 6.15 sore, senja sudah turun mengantar matahari pulang. Terminal tampak ramai dipadati ratusan pegawai yang berusaha pulang. Lampu jalanan dan warung-warung satu per satu menyala. Meski redup, sinar mereka sudah cukup menerangi tempat pemberhentian angkutan umum itu. <br />
<br />Dari kejauhan nampak sesosok pemuda di atas jok motor yang sudah hampir setahun tak kujumpai. Dia terlihat sedang menelpon seseorang, dan tepat saat itu juga teleponku berbunyi. Aku sengaja mendiamkan untuk memberi kejutan.<br />
<br />"Heh janc****k!" Seruku menepuk punggungnya.<br />
<br />Tanpa disangka sosok itu membalikan badan dan memberi jawaban. Tubuhku terlempar jauh menerima kepalannya. Sambil membenarkan diri mencoba berdiri, aku tersadar kalau telepon genggam yang masih erat di tanganku masih menyala menunjukan tanda telepon masuk dan nama Faiq. Sial!<br />
<br />"Yang bener mas kalau manggil-manggil! Jancuk bathukmu!"<br />
<br />"Maaf mas saya kira anu..."<br />
<br />"Gak tau saya siapa sampeyan!!!"<br />
<br />"Ngapurane lah ya mas, sori banget!"<br />
<br />"Gas...!" panggil seseorang dengan sepeda motor lain dari jauh.<br />
<br />Aku segera berpaling dari mas di atas motor itu dan bergegas<br />
Menghampiri Faiq yang asli. <br />
<br />"Heh celeng, punya hape tuh diliat! ada telepon diangkat! Kamu kira aku dukun bisa nyari kamu di terminal gelap-gelap gini?"<br />
<br />"Lah percuma kalau aku angkat ntar kamu tutup"<br />
<br />"Eh kurang ajar ya, aku wis rajin beli pulsa sekarang, banyak yang harus dihubungi"<br />
<br />"Yo semoga ada yang cepet mau"<br />
<br />"Celeng...!"<br />
<br />Faiq segera membawaku menyusuri keramaian jalan provinsi yang mengiris daerah Semarang atas jadi dua. Kanan kawasan mahasiswa dan kiri pemukiman warga. Tujuan kami pertama adalah warung nasi kucing. Kami belum makan malam, dan ingin menghemat untuk kegiatan esok. Setelah selesai makan, kami beranjak ke kosan Faiq. Dari sana kami akan menghubungi kawan SMA yang lain. <br />
.............................<br />
<br />"Gas gak ada yang bisa kalau kamu ajak naik ginung sekarang. Cuma Lindi aja."<br />
<br />"Lah kan udah dikabarin dari tadi siang pas aku masih di bus. Ini udah jam 8 malam"<br />
<br />"Kamu tadi cuma ngajak kumpul, bukan naik gunung!"<br />
<br />"Lindi mau naik ke gunung Ungaran?"<br />
<br />"Iya dia mau, tapi masa cuma bertiga?<br />
<br />"Malah seru cuk, cuma bertiga menaklukan gunung Ungaran, biar yang gak mau ikut pada rugi sendiri..."<br />
<br />"Menaklukan ndasmu, itu cuma gunung pendek."<br />
<br />"Iyoo mas pendaki yang sudah menaklukan gunung Arjuna"<br />
<br />"Dasar celeng, makannya yang masuk akal kalau ngajak-ngajak. Kan kalau gini kita gak jadi kumpul rame!"<br />
<br />"Yo... besok pas turun gunung kita kumpul sama yang lain"<br />
<br />Tak lama kemudian Lindi datang dengan mobil suzuki splashnya. <br />
<br />"Gagas....! Ih parah, lama banget kita gak ketemu, udah setahun!"<br />
<br />"Baru setahun liiiin.." jawabku dengan nafas sesak<br />
<br />Lindi memelukku sangat erat. Dia sangat ekspresif sejak SMA dulu. Perasaan apapun, entah amarah maupun rindu selalu keluar dari gerak tubuhnya. Ia tak sungkan untuk berteriak marah-marah jika emosinya tersulut. Seingatku, ia pernah memarahi satpam asrama SMA karena terlalu bertele-tele menanyakan dari mana saja ia sampai larut malam. Pak satpam yang tadinya menyelidiki lalu keok tak kuat meladeni teriakan Lindi.<br />
<br />Kami kemudian berkemas-kemas dan berangkat ke gunung Ungaran jam 10 malam. Tujuan pertama adalah pos pendakian di lereng selatan gunung Ungaran. Suzuki splash milik Lindi melaju mantap mengarungi tanjakan lereng gunung Ungaran. Malam itu Lindi mempercayakan kemudi padaku. Ia lelah karena sudah seharian mengemudi. Lindi adalah supir yang mahir dengan koleksi jam terbang tinggi. Mobil itu sendiri sudah dua tahun berada dibawah komandonya. Selama itu, baru dua kali dia menabrak. Satu di dalam garasinya, dua di pekarangan pondok pesantren milik tantenya. <br />
...........................<br />
<br />Setelah selesai urusan administrasi dengan pihak pengelola taman nasional, kami berkumpul untuk berdoa dan menentukan ketua rombongan. Faiq mendapat kehormatan malam itu. Selama 7 jam mendaki nanti, ia akan berada di depan memimpin rombongan. Kami berangkat dari titik 1100 mdpl, dan akan berjalan menuju ke puncak yang berada pada kisaran ketinggian 2050 mdpl. Kami mulai pendakian pada pukul 11 malam dan diperkirakan akan sampai subuh nanti.<br />
<br />Udara dingin malam itu sempat mengecilkan nyali kami. Namun setelah satu jam berjalan, badan kami mulai berkeringat. Panas yang timbul berhasil mengusir kedinginan yang ada. Di dua jam pertama, kami berjalan menyusuri deretan pepohonan tinggi yang gelap. Kami hanya dibantu oleh tiga buah senter kepala dan tongkat. Di sebelah kanan adalah jurang dalam dan di sisi lain adalah pepohonan lebat. <br />
<br />Selama dua jam yang gelap itu, hanya terdengar suara angin dan derap langkah kami. Kondisi ini sudah cukup membahagiakan, karena jika ada suara lain kami pasti akan segera memutar arah pendakian. Di antara kesunyian itu, sebuah percakapan kecil terjadi di antara kami.<br />
<br />"Gelap, sepi! Eh Lin, kalau jatuh ke kanan gimana ya?"<br />
<br />"Diem gas, aku pukul pake tongkat nih!aneh-aneh aja sih" ancam Lindi kesal<br />
<br />"Ya ya. Ngomong-ngomong ada setan gak ya di ...."<br />
<br />"Diem nyet, jangan keterlaluan di alam!" Teriak Faiq penuh penekanan.<br />
<br />"Njih mas pendaki gunung Arjuna.. eh ada suara! Sssssst, diem sebentar semua.. coba kalian denger!" Desakku<br />
<br />Kami semua berhenti sejenak, mengamati sekitar. Tidak ada bunyi selain teriakan jangkrik yang bersautan. Tak lama setelah diam, tongkat Lindi terbang mengarah ke tanganku.<br />
<br />"Aduh, sakit Lindi!"<br />
<br />"Gaaaaaaas!!! Bauuuuk!!!"<br />
<br />"Bajinguk, bocah ngentutan." Teriak Faiq.<br />
<br />"Hehe, tak kira suara apa tadi"<br />
.................<br />
<br />Setelah dua jam berada di hutan gelap, kami memasuki kawasan kebun teh yang relatif lebih terang. Di sini, langit memamerkan ratusan bintang. Melengkapi kemeriahan langit, bulan turut datang di atas sana. Jam menunjukan pukul 01.30. Sudah dua setengah jam sejak mengawali pendakian. Kami mengambil istirahat sejenak sambil menikmati suguhan alam yang jarang terjadi.<br />
<br />"Makasih ya gaes udah mau aku ajak ke sini"<br />
<br />"Sama sama Gas, aku juga seneng bisa ndaki beneran" jawab Lindi.<br />
<br />Faiq hanya diam, ia tidak terbiasa dengan percakapan melankolis yang aku buka. Tapi dalam diamnya, matanya terbuka melihat langit. Mungkin ia teringat akan seorang gadis yang pernah hadir di hatinya dulu.<br />
<br />"Udah ik, masih ada yang lain" sautku.<br />
<br />"Diem celeng, ini aku sedang mencoba menikmati langit! Ini bagian paling indah dari pendakian"<br />
<br />"Injih, mas pendaki gunung Arjuna"<br />
<br />Tangan Faiq segera bergerak mencari batu kerikil untuk dilempar. Gerakannya penuh perhitungan. Benda kecil itu dalam hitungan detik sampai mengenai kepalaku.<br />
<br />"Ah KDRT nih kalian, tadi dipukul tongkat sekarang kerikil" kataku<br />
<br />"Nih satu lagi...!"<br />
<br />"Eh ampun ampun ik"<br />
<br />"Hahaha, udah Gas. Faiq jangan diganggu kalau lagi galau" kata Lindi.<br />
<br />"Iya iya lin, kamu masih kuat kan jalan?"<br />
<br />"Hmmmm, sebenernya aku punya penyakit gas."<br />
<br />"APA? Kenapa gak bilang dari tadi. Penyakit apa?" saut Faiq yang juga mewakili pikiranku.<br />
<br />"Aku kalau dingin cepet pengin ke belakang"<br />
<br />"LINDII! aku kira penyakit serius." Jawab Faiq lega<br />
<br />"Iya ini serius Faiq..."<br />
<br />Hahaha<br />
..........................<br />
<br />Jam menunjukan pukul 5.30 dan kami akhirnya sampai di puncak. Matahari muncul menyambut kedatangan kami di atas. Sinar jingga menerpa kami dan puluhan pendaki lain yang tiba sebelumnya. Kota Semarang nampak kecil dari kejauhan. Hamparan bangunan terlihat luas, menutupi hijau alam sekitar. Jalan setapak yang kami tempuh semalaman tampak kecil membentuk garis tidak beraturan. Melengkapi pemandangan itu berjejer awan putih beterbangan. Mereka bergerak pelan ke utara menuju kota Semarang.<br />
<br />Kami bertiga duduk terdiam menahan sakit kaki. Tujuh jam berjalan tanpa benar-benar berhenti memaksa kami untuk diam cukup lama di sana. Meski lelah, pemandangan indah dan kebersamaan itu lunas mengganjar semua keletihan.<br />
<br />"Gaes, kita harus lakuin ini lagi suatu hari nanti"<br />
<br />"Siiiiip deh, yuk kita foto dulu..."</div>
<br />Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0Balkiraz Mahallesi, Turkey39.9322682 32.8917786tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-16550279538980406172016-04-14T22:11:00.001+07:002018-01-03T21:40:40.782+07:00ASAP EMISI<div class="blogaway-section">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjce5m_1A_nF_lFzK9Z8-ksCEQRGxwzM-MvdEWR8vSEexFjCYmcmSEeEyQJsoOowTt-4aOYPEfJEQ0Tp9ekoFGFH6Z9BSLzJ8nkBzklymrZoCLKQAh8vuBktFRZThqiXWaW_sLbpSk-cZ4/s1600/IMG_0385.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjce5m_1A_nF_lFzK9Z8-ksCEQRGxwzM-MvdEWR8vSEexFjCYmcmSEeEyQJsoOowTt-4aOYPEfJEQ0Tp9ekoFGFH6Z9BSLzJ8nkBzklymrZoCLKQAh8vuBktFRZThqiXWaW_sLbpSk-cZ4/s400/IMG_0385.JPG" width="400" /></a></div>
<br />
Kehidupan di negeri kami banyak berputar pada sepeda motor dan asap emisi. Siang adalah waktu mengais rezeki dan malam hanyalah keheningan sekejap yang akan diselimuti siang lagi. <br />
<br />
Alam hijau yang ada terlalu suci untuk dihuni, sehingga kami enggan datang mendekati. Surga hijau yang amat luas itu hanya jadi tempat rekreasi musiman dan tak bisa kami ikut sertakan dalam hati. <br />
<br />
Sering kali kami mendengar berita terbakarnya hutan yang menyebabkan kebencian negara sekitar. Para tetangga tidak habis pikir dengan kelakuan kami yang membakar ribuan pohon hanya untuk dibuat menjadi meja dan kursi. Mereka kesal karena kami tidak bersyukur dengan limpahan sumber kehidupan dari hutan yang ada. Sedangkan negeri mereka selalu gersang tanpa sedikit kerindangan.<br />
<br />
Duhai kalian ketahuilah, kami tidak pernah dekat dengan hijau yang rimbun itu. Karena sesungguhnya kehidupan di negeri kami lebih banyak berputar di sepeda motor dan asap emisi. Siang adalah waktu mengais rezeki dan malam hanyalah keheningan sekejap yang akan diselimuti siang lagi.<br />
<br />
Sore hari itu jalanan kota padat ratusan pengemudi sepeda motor. Para penunggangnya lelah mengais rezeki siang tadi. Nafas mereka sesak menghirup asap emisi kendaraan. Tak ada waktu berpesta karena masa depan anak harus jelas terencana. Tak hanya pendidikan, anak-anak sekarang butuh berbagai perangkat elektronik dan tunggangan berkendara.<br />
<br />
Lampu merah menghentikan laju para pengemudi sepeda motor. Pemberhentian itu menambah beban yang ada karena ia merampas waktu mereka untuk bercengkerama dengan keluarga. Tak ada lagi dongeng wayang atau bahkan waktu makan malam bersama. Semua lelah begitu tiba di rumah. Mereka harus tidur karena malam hanya datang sebentar.<br />
<br />
Kehidupan di negeri kami terus berputar pada sepeda motor dan asap emisi. Siang adalah waktu mengais rezeki dan malam hanyalah keheningan sekejap yang akan diselimuti siang berikutnya. <br />
<br />
Esok hari satu dari ratusan sepeda motor tadi berubah menjadi mobil. Dan esok sore itu, jalanan kota digenangi ratusan sepeda motor dan sebuah mobil. Para pengemudi masih sibuk menyiapkan masa depan anak-anak mereka. </div>
<br />Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0Üniversiteler Mahallesi, Turkey39.8961043 32.7833108tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-64068950649443069082015-07-02T03:23:00.001+07:002015-07-03T04:21:29.207+07:00WAKTU YANG TERBATAS<div style="text-align: justify;">
Di zaman sekarang, semua peristiwa berlangsung begitu cepat dan padat. Tak jarang dari kita yang menganggap 24 jam tidak cukup untuk dijadikan satu hari. Hasilnya, orang menjadi terburu-buru untuk mengejar jam masuk kantor, mengejar deadline tugas atau mengejar jatuh tempo lainnya. <br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu 24 jam yang biasanya luang harus ditukar dengan kesibukan sehari-hari. Hasilnya waktu luang hanya tersisa sedikit bahkan habis. Tak ada lagi jatah untuk lingkungan sekitar. Tidak ada lagi waktu untuk menyapa satpam kompleks atau memberi senyum pada orang lewat. Bahkan jarang sekali yg mau sekedar menyebrangkan seorang nenek di pinggir jalan.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah waktu benar-benar menyusut atau kita yg tak sadar akan apa yg terjadi? <br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1977 Psikolog bernama John Darley dan Dan Batson melakukan tes pada sejumlah mahasiswa. Dalam tes tersebut para mahasiswa diharuskan untuk melakukan pidato di ruang dekan yg terletak di gedung sebelah ruang kuliah mereka. <br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika waktu pidato tiba, mereka yg telah tiba di gedung dekan dibagi menjadi 2 kelompok:</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>1) Mereka yg diberitahu kalau mereka telat dan harus segera menuju ruang dekan untuk pidato</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>2) Mereka yg diberitahu kalau masih ada waktu banyak sebelum giliran mereka tiba.</i><br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai tambahan dalam tes ini, John Darley dan Dan Batson menugaskan seorang relawan untuk berdiri dan pura-pura batuk di lorong menuju ruang dekan di mana pidato akan berlangsung. Dan apa yg terjadi?<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua informasi yg disampaikan sebelum pidato tadi punya pengaruh besar. 90% dari mereka yg diberitahu telat tidak menggubris orang batuk itu. Mereka berlari langsung menuju ruang dekan. Sebaliknya mereka yang diberitahu bahwa masih ada banyak waktu, berhenti dan membantu.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fenomena ini kemudian diteliti lebih lanjut oleh Robert V Levine pada tahun 2003. Ia berkunjung ke beberapa kota di berbagai negara. Di sana ia mengamati kecepatan transaksi di bank, kecepatan rata2 orang berjalan, serta kepedulian pada sekitar. Ia mendapati bahwa:<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>1) Kota maju yg sibuk seperti New York dan Tokyo, kehidupannya berlangsung terburu-buru. Warganya nampak mengejar sesuatu dan cenderung tidak peduli dengan orang lain. Mereka tidak banyak membantu orang kesusahan di jalan atau bahkan untuk mengambilkan topi yg jatuh.</i><br />
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>2)Kota yg tidak begitu maju seperti Mexico City, penduduknya sedikit lebih santai dan mereka lebih peka menyebrangkan nenek2 atau sekedar mengambil barang yg tidak sengaja terjatuh.</i><br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua penelitian ini sangat menarik untuk diamati. Di tes pertama para mahasiswa sebenernya punya waktu yg sama hanya informasi yg membuat mereka bersikap berbeda. Di tes kedua, warga di berbagai kota itu juga punya waktu sama 24 jam dalam sehari. Tetapi karena perbedaan kemajuan, sikap mereka jadi beda.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu tidak benar benar-benar menyusut, hanya saja kita diberitahu oleh lingkungan sekitar bahwa kita akan telat dan harus bergegas. Mungkin saja mereka sebenarnya sedang mengetes kita.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak sepadan jika kepedulian pada sekitar harus diabaikan karena keterbatasan waktu. Padahal waktu tidak pernah bertambah atau pun menyusut.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sempatkan menyapa sekitar. Tidak perlu satpam kompleks, mungkin orang tua kita yang jauh di rumah, adik kita atau sahabat kita.</div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-29063593552347183822015-06-30T04:21:00.003+07:002017-12-22T19:47:54.706+07:00HOMOSEXUAL: NOT GOOD ENOUGH<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbi9qyhoHNSKDyL7TTZVlyk2jeNzFyLdOAwU19BElnmLYpYERdw3pPmAwbVWk2jygO1L3K_zfJ5wKIqut1Y4mSubLnqDOhPERe8mFGHbccv14lvoACTrm2dUGqgPlBvsbEaOXSHW1lrS8/s1600/rainbow.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="356" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbi9qyhoHNSKDyL7TTZVlyk2jeNzFyLdOAwU19BElnmLYpYERdw3pPmAwbVWk2jygO1L3K_zfJ5wKIqut1Y4mSubLnqDOhPERe8mFGHbccv14lvoACTrm2dUGqgPlBvsbEaOXSHW1lrS8/s640/rainbow.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Rainbow</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
This summer is quite different from previous ones. Its been raining a lot and the good news is lots of rainbows are forming afterwards. Beautiful views and of course the good thing is it cools the hot day out from summer. At the same time other rainbows also emerged but from different source. Following the legalization of homosexual marriage in the US, millions of rainbows around the world have their spirit pumped. They saw hope and opportunity to pronounce their sex preference that have long been rejected in almost everywhere around the world. Well of course this took the attention of many and as they have been rejected before, most refuse to agree with this "homosexual" way of life. I can say only few agreed because from 2045 of my facebook friends about 10-20 person said yes to "homosexual".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Here I would also like to express my feeling on <i>them</i>. But before stating my views I would like to comment on these 10 to 20 persons positive opinions on them<i>. </i>Their main support ideas were "<i>Love is blind as anyone can love anything and anyperson", "They never want to be, they were just born like that naturally, by fate", "Homosexual are human and their way of life must be respected" and "Minorities must be supported instead of being oppressed"</i>. I find these comment a little worrying because it is fed up with unclear reasons. Lets take a look at them up close:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i><b>"Love is blind as anyone can love anything and any person"</b></i><br />
<br />
LGBT are talking about love as if it is a very narrow matter. Love is considered by homosexual and their supporters as a relationship between two different person. What about the family and the neighbours, aren't they worth loving? Or the nature that brought them up until now?<br />
<br />
Homosexual that is trying to love some other homosexual is disappointing many of their relatives. Most of them I believed, come from a religious or at least a normal straight family. They have chosen to sacrifice their family's hope by choosing a homosexual way of life. They forgot how dependent they were to their parents when they were a child. And in just a matter of years during highschool or college, they drop everything and said "You know what, I think I am a homosexual". The love from many members of the family were just traded off by a love to a single being.<br />
<br />
Besides that, homosexual and their supporters have neglected the fact that love comes in to various forms as: brotherly love, Godly love or natural love, parental love, erotic love and so on. Their view of love is so narrowed into erotic love that they don't care about other forms of love.<br />
<br />
Homosexuals are not a loving being as a whole. When a person choses to become a homosexual they immediately lose their potential to have a parental love, or the love of raising a children. They don't have a Godly love because they are no longer in line with human nature where men are suppose to be partners with women. They can no longer have a brotherly love because for homosexual man, other men are just attractive and sexually appealing beings. This is not about love, this is just homosexuals creating a narrow meaning of love.<br />
<br />
<b><i>"They never want to be, they were just born like that naturally, by fate"</i></b><br />
<b><i><br /></i></b>
Homosexuals are of course non-religious but they are trying to be religious at the same time by using the word "fate". Homosexuals will never believe in God because many scriptures just don't accept such a way of life. However, they are also using religious term. They think that their situation as being a homo is a fate or given by God. Which God gave fate to a man to love another man? Loving is a matter of choice not fate. People decide upon whom to love, so it's never something given. Homosexual had the choice but they prefer the strange and hard road.<br />
<br />
Well may be not "fate" for those atheist homosexuals, but something that was brought naturally. Speaking of natural events, scientifically homosexuals are not natural at all. Out of millions of species that roam the earth, homosexuals are the only ones who are not interested in mating with different genders. Every species of animals is divided into male and female sexually. And at some point, they would have to mate to reproduce. Homosexuals don't do this. And in Darwin's theory of evolution, they are a failed product because they are unable to continue their genes. Its never natural or fate, they just homosexuals choose to be like that.<br />
<b><i><br /></i></b>
<b><i>"Homosexuals are human and their way of life must be respected" </i></b><br />
<b><i><br /></i></b>Respect is a very noble and widely used term but there is a way in utilizing it. Who is suppose to respect whom? <i> </i><br />
<br />
Imagine an apartment that have been in the neighbourhood for many decades is occupied by one hundred normal families. Some days ago a homosexual couple moved in. After that on, previously living residents started to get unconfortable seing two men kissing in the balcony. What are they suppose to do? Respect the homosexual couple and leave them kissing in the balcony? In this case, who is supposed to be respecting whom? How many years have normal human been living normally around the earth.<br />
<br />
Thousands of years of established civilization was interupted by a sudden legalized homosexual marriage. And now we see this homosexual roam the street protesting, trying to claim their right. Their acts is violating the concept of respect. Lets put it like this, I am from Indonesia, a country of fishery. Currently I am living in Turkey and I have been here for four years and suddenly I come to downtown Ankara to protest on "legalizing squids in Turkish restaurants". Would you expect me to do that?<br />
<br />
<b><i>"Minorities must be supported instead of being oppressed".</i></b><br />
<b><i><br /></i></b>
How many minorities are there in the world today and why must we consider homosexuals as a priority to support. We have minorities that can not freely live in a country, another minority that have difficulties in retaining living comfort because of war and other minorities which has much more urgent need to be supported, Just because homosexuals are legal now in USA doesn't mean they become an important issue to consider worldwide. Lets be fair in treating minorities.<br />
<br />
<br />
<b>Why Homosexual are not Worth Supporting</b><br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Homosexuals rigth now are attempting to get their voice accepted by the world community. They want people to receive their unwanted fate. Because they were born like that and nothing can be done to change their behaviour. But one thing homosexuals must take into consideration. For a strange group to be accepted in the community, it has to qualify some requirements and here are some:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>1. Beneficial to the world.</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Let us first discussed the homosexual history that dates back thousands of years ago. Throughout the history, these type of human have been rejected by many civilization. And it is very unfortunate that none of the homosexuals made a great history like <i>Pharaoh, Alexander the Great, Salladin or Benjamin Franklin. </i>Their only clear record were mentioned in the Bibble and the Quran with not a very pleasant facts. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Well I don't want to say much about their stories in the holy book but my point here is homosexuals have never been very beneficial to the world. After thousands of years their group's interest was only in having to be able to love other humans with the same kind of genitals. If homos were beneficial enough to the world they would have been recorded as a great general, or a noble scientist or a famous painter, By mentioning these occupations, I am actually referring to a big names, not those on television right now. So up till now they are not yet beneficial to the world, and no need to be supported. (I have to admit the enigma guy was cool)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>2. In line with human nature.</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
This is probably the most important requirement and homosexual fail to fullfill it. Homosexuals first of all choose to go againts nature. Out of all living creatures that tries to strive to reproduce on earth, homosexual comes out from nowhere to say no to reproducing. Yet they are a product of this men+women reproduction system where a female mates with a male to produce offsprings.<br />
<br />
Humans have been successfull because they reproduce. By reproducing, human create a legacy, a family where they are able to pass on their qualities throughout generations. But this way of life seem to be unsuitable for homosexuals. They are currently pursuing their rights but are not willing to pass this spirit towards the next generation. All they do is wait for a normal couple to have kids and hope that the newborn could someday become a homosexual and finally supports their way of life. It's like a parasite that doesn't want to reproduce. Well you know, even the most annoying parasitevare able to reproduce on their own without depending on others.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Homosexuals could have chosen a different path by just admitting that they wanted to try something different. Trying a different erotic love experience but not a long term one. But anyway, they are legalized now in some countries. So no need to say anything to them. I hope those homosexual that live in other country in which their status is not legal yet, have the time to change their mind. Stop faking life guys...<br />
<br />
I am very sorry if you find this writting annoying or hurting, but you have to respect this view. After all I am also a human being and I have the right to give my ideas right<br />
<b><i><br /></i></b></div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-79581779663156367142015-06-23T20:29:00.002+07:002017-10-01T23:36:05.061+07:00JATUH CINTA DAN MENCINTA<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN_4OBdfuT6HWHCspBHVBkNm6B7NUUGv3r3357Sdvz5GyxhjlrF7xPie8RAaykoqYq2kHoRZk6MvLbi-icJouraAg1jlsDLPVIj-PYpfn3-uCj-3yzNOqUn0woGzNAcVOpIslLt2ATeEU/s1600/IMG_0122.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN_4OBdfuT6HWHCspBHVBkNm6B7NUUGv3r3357Sdvz5GyxhjlrF7xPie8RAaykoqYq2kHoRZk6MvLbi-icJouraAg1jlsDLPVIj-PYpfn3-uCj-3yzNOqUn0woGzNAcVOpIslLt2ATeEU/s640/IMG_0122.JPG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><span style="font-size: small;">Dua perahu nelayan</span></i></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa bedanya orang <i>jatuh cinta</i> dan orang mencinta. Dua hal ini kerap disamakan. Padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. <i>Jatuh cinta</i> adalah petualangan sesaat penuh sensasi luar biasa. Sebaliknya mencinta adalah proses jangka panjang yang membutuhkan perencanaan dan konsistensi. Kebanyakan dari kita sebagai anak muda, menggolongkan keduanya menjadi petualangan sesaat saja atau disebut <i>jatuh cinta</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya ingin mendiskusikan keduanya berdasarkan pendapat <i>Erich Fromm </i>dalam bukunya <i>The Art of Loving </i>yang mengupas dua cabang cinta ini. Orang mencinta akan mempunyai topik bahasan yang luas namun tulisan ini akan lebih terfokus pada mengidentifikasi apa <i>jatuh cinta</i> agar pembaca tidak menyamakannya dengan proses mencinta. </div>
<br />
<b><i>Jatuh cinta:</i></b><br />
<b><i><br /></i></b>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Anak muda pasti tahu kalau <i>jatuh cinta</i> itu indah dan memabukkan. Indah karena ia yang biasa melakukan apa apa sendiri, kini ada yang menemani. Atau yang biasanya bangun karena alarm,kini dibangunkan kekasih hati. <i>Jatuh cinta</i> juga memabukkan kepala yang tertimpa. Bayangkan saja, orang yang sedang<i> jatuh cinta </i>bila sedang melamun akan tersenyum sendiri, tertawa sendiri. Padahal untuk mencapai fase ini, manusia butuh bantuan asap ganja atau tenggakan minuman keras. Tetapi bagi yang <i>jatuh cinta</i>, mabuk tidak perlu merogoh kocek, ia cukup melamun membayangkan pujaan hati. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tapi tahukah pembaca, bahwa sensasi yang ditimbulkan dari <i>jatuh cinta</i> sebenarnya merupakan antusiasme manusia terhadap <i>keintiman yang tiba-tiba ada</i>. Kala <i>jatuh cinta</i>, mata yang sebelumnya berjauhan saling pandang saat berhadapan. Ketika <i>jatuh cinta</i> dua orang yang tidak begitu dekat tiba tiba bertukar hobi dan pengalaman lama. Saat <i>jatuh cinta</i>, dua tubuh yang belum pernah bersentuhan menjadi mesra dengan genggaman tangan dan rangkulan. Semua terasa baru dari senyumya, tatapnya, suaranya, aromanya hingga sentuh kulitnya. Indah dan mabuk dari <i>jatuh cinta</i> bersumber dari hal baru yang belum pernah ada sebelumnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayangnya sensasi ini tidak berlangsung lama karena pada titik tertentu tidak akan ada hal baru lagi yang bisa ditemukan di antara dua orang yang<i> jatuh cinta</i> tadi. Dua orang yang berpacaran akhirnya akan sadar bahwa tidak ada pengalaman-pengalaman baru lagi yang bisa dilakukan. Proses <i>jatuh cinta</i> sangat identik dengan gaya berpacaran anak muda di Indonesia sekarang. Mereka mungkin pada awalnya merasa sedang saling mencinta, padahal sebenarnya mereka hanya <i>jatuh cinta</i>. Perasaan yang didasari antusiasme pada <i>keintiman yang tiba-tiba ada. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Hasilnya ketika tidak ada lagi yang baru dari si pacar, maka pudarlah antusiasme tersebut. Akhirnya pasangan yang <i>jatuh cinta</i> ini sadar kalau sebenarnya mereka tidak memiliki ikatan intim apapun. Mereka putus hubungan dan tak jarang menjadi malu dan menyesal karena pernah mengungkap "cinta" yang sebenarnya hanya sensasi sesaat saja. Proses ini bisa berlangsung cepat selama sebulan dan bisa juga berlangsung lama hingga setahun beberapa bulan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana dengan mereka yang di <i>friendzone</i> tanpa pernah sampai berpacaran? Pada dasarnya <i>friendzone</i> memberi sensasi yang sama pada pelakunya. Orang yang sedang di-<i>friendzone</i> atau mem-<i>friendzone</i> sama sama menikmati antusiasme pada <i>keintiman yang tiba-tiba ada. </i>Bedanya, mereka sadar bahwa proses itu hanya akan berlangsung sebentar. Mereka belum terjebak dalam ungkapan "cinta" yang sering disalahartikan orang berpacaran. Hasilnya, ketika <i>friendzone</i> ini berakhir, pelaku tidak begitu menyesal. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena banyak dari mereka yang <i>jatuh cinta</i> tidak menyadari akan fase <i>jatuh cinta</i> ini, mereka memutuskan untuk memulai petualangan lagi. Mereka akan mencari orang baru yang nantinya dapat memberikan sensasi<i> jatuh cinta</i> lagi padanya. Orang baru ini harus berbeda dengan sebelumnya, dengan harapan ada pengalaman lain yang lebih menarik. Setelah pengalaman yang lebih menarik tadi ditemukan siklus <i>jatuh cinta</i> akan berputar lagi. Siklus ini akan berlanjut terus dan jangan heran jika kita mendapati banyak teman atau bahkan diri kita sendiri yang sampai saat ini sudah terlibat dalam banyak hubungan "pacaran". Pembaca pasti pernah bertanya saat setelah putus, mengapa hubungan lampau itu tidak berhasil. Fenomena <i>jatuh cinta</i> di sini mungkin bisa jadi penjelasan dari pertanyaan itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Mencinta:</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini kita bandingkan dengan proses mencinta. Orang yang mencinta biasanya pernah mengalami proses <i>jatuh cinta</i>. Namun setelah semua antusiasme <i>jatuh cinta</i> habis, mereka mampu melanjutkan ke level berikutnya. Ia yang mencinta tidak lagi menggantungkan perasaannya pada keintiman-keintiman baru. Ia akan fokus pada pemeliharaan hubungannya dengan sang kekasih. Pemeliharaan ini akan membutuhkan berbagai keputusan, pertimbangan dan juga janji. Seorang pecinta akan sadar bahwa harus ada rencana akan keberlangsungan hubungan yang ia jalin. Dan pada puncaknya seorang pecinta akan memutuskan untuk menikah. Karena saat menikah dua orang yang saling cinta sama-sama berjanji untuk melanjutkan membangun keluarga di mana mereka akan melakukan berbagai keputusan dengan pertimbangan bersama. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mencinta sebenarnya merupakan proses yang rumit dan mungkin menakutkan untuk dibahas di sini. Sebagai anak muda kata mencinta itu berat diucap atau bahkan dipikir karena memang begitu adanya. Mencinta membutuhkan keputusan untuk memilih orang yang akan dicintai, mempertimbangkan bersama dia soal masa depan dan juga janji untuk mempertahankan hubungan itu. Ini semua sangat menakutkan bahkan untuk saya sendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Kesimpulan: </i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Jatuh cinta</i> adalah proses spontan yang tidak berlangsung lama sedangkan proses mencinta adalah pemeliharaan hubungan yang penuh pertimbangan. Lalu bagaimana kita bisa menyikapi dua jenis cinta ini? Mencinta adalah keputusan besar yang cepat atau lambat akan diambil pembaca, namun perlu diketahui bahwa <i>jatuh cinta</i> bukan merupakan solusi untuk menghindari cinta yang serius tadi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika pembaca memilih untuk <i>jatuh cinta</i> saja, sensasinya akan pudar pada titik tertentu. Dan itu hanya akan membawa pembaca pada fase <i>jatuh cinta </i>lain yang berikutnya. Pada akhirnya kita akan jenuh pada fase tak berujung ini dan memilih untuk mencinta, mengambil jalan berat cinta yang penuh pertimbangan dan konsistensi tadi. Karena kita tidak selamanya bisa bermain sana sini dalam siklus <i>jatuh cinta.</i></div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tulisan ini bukan petunjuk benar dalam hal percintaan karena petualangan dengan lawan jenis tidak pernah sebatas tentang benar atau salah. Petualangan itu merupakan proses belajar seumur hidup yang masing-masing orang akan mempunyai kesimpulan berbeda. Semoga tulisan ini bermanfaat dan salam cinta.</div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-52862265212212699152015-03-20T01:44:00.000+07:002015-03-20T01:44:20.197+07:00KE SEMBALUN LAWANG MALAM MALAM<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5XeC8GUSWWBi__ba1kO3_M8CYP7TWCha6Fa9FdeRNlLn3xVPPA38gyaI_E9zGfGmAuQnjC84FDpJZP8vplE1-GhGDn5YHdPgszSpLpLL1F6J2BzPTnA6bzMudTkEtVY-w_9qOxZH00oU/s1600/img_4400.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5XeC8GUSWWBi__ba1kO3_M8CYP7TWCha6Fa9FdeRNlLn3xVPPA38gyaI_E9zGfGmAuQnjC84FDpJZP8vplE1-GhGDn5YHdPgszSpLpLL1F6J2BzPTnA6bzMudTkEtVY-w_9qOxZH00oU/s1600/img_4400.jpg" height="480" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Bandara Lombok malam hari (dari gembolransel.com)</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Gabriel dan Garcia melambaikan tangan. Mereka telah dijemput seseorang, meninggalkanku sendiri di antara kerumunan pelataran bandara. Kami baru saja berkenalan di bangku pesawat terbang tadi. Kami duduk bersebelahan sejak memulai perjalanan dari Yogyakarta. Mereka pasangan muda dari Spanyol yang sedang melancong, menikmati sebagian keindahan Indonesia. Saat masih di udara mereka bercerita tentang perjalanan mereka selama lima hari di Jakarta dan lima hari lainnya di Yogyakarta. Kata mereka Indonesia bagus dan murah, sangat cocok untuk dijadikan tujuan liburan. Selain itu orangnya ramah-ramah dan selalu sumringah ketika melihat mereka. Ini membuat liburan mereka lebih indah, karena di tempat asal sana, mereka hanyalah penduduk biasa. Tiada pernah didapat oleh mereka perhatian sedemikian rupa.<br />
<br />
Betapa senangnya mereka, yang terbiasa hidup mahal lalu menemukan Indonesia. Ah Indonesia, negeri indah nan jauh di timur sana. Tak hanya murah, matahari pun bersinar indah tanpa lelah. Kalau orang Jepang menyebut negara mereka tempat terbitnya matahari, maka Indonesia adalah tempat nongkrongnya matahari. Sepanjang tahunnya mentari tak banyak pindah dari garis edarnya. Dipandangnya Indonesia tepat di muka, dan hanya sedikit tolehnya, yaitu pada permulaan dan pertengahan jalan edarnya. <br />
<br />
Malam itu lambaian tangan kami mengakhiri pertemanan yang baru terjalin di pesawat tadi. Setelah ini, sangat mustahil kami kembali bersua. Alangkah bahagianya dua sejoli itu, menikmati sisa liburan mereka di pesisir pantai pulau terbarat Nusa Tenggara. Semoga Lombok bisa menutup akhir cerita indah mereka. Sebelum rutinitas mereka kembali menelan tawa, yang telah terbangun sejak di Jakarta hingga esok lusa. Kata mereka hati-hati, dan semoga kita bertemu lagi.<br />
<br />
Senyum mereka hilang, ditelan pulau Lombok malam-malam. Inilah salah satu indah perjalanan, kita akan dihadapkan beberapa pertemanan instan. Meski tak lama, pertemanan macam ini tetap membekas. Ia kelak akan menjadi bahan cerita pada sanak famili atau pada kekasih hati. Cerita pertemanan singkat tadi akan ikut memberi warna, pada kehidupan kita yang mulai tak punya nuansa. Biarkan ia menambahkan sedikit arti, pada corak kehidupan yang kini lebih banyak diwarnai berburu harta, berjualan tahta dan hura hura. <br />
<br />
Di antara kerumunan tadi tiada pos ojek kudapati. Pikirku, di bandara selain Sukarno-Hatta akan ada banyak tawaran ojek menanti. Rupanya aku salah asumsi, karena Lombok telah naik kelas alias go international. Tiada lagi ojek punya nyali, menawari jasa antar jemput sana sini. Yang ada hanya taksi, dengan tarif lumayan tinggi. Tak lama setelah hilang bayangan dua sejoli tadi datanglah bapak Surdi. Seorang bapak yang mulai bertanya hendak ke mana malam-malam begini.<br />
<br />
"Saya mau ke Sembalun Pak, ingin menengok gunung Rinjani"<br />
<br />
"Wah Sembalun jauh, tidak ada siapa pun yang ke sana, apalagi sudah jam segini"<br />
<br />
"Baik Pak, biarkan saya menanti, siapa tahu akan ada orang lain yang mau ke Rinjani"<br />
<br />
Satu jam setelah jawaban tadi, tiada seorang pun yang mau ke sana. Sementara itu jam telah menunjuk angka 21.40 WITA. Pak Surdi yang sedari tadi masih mengamati akhirnya datang lagi menghampiri.<br />
<br />
"Kalau sudah jam segini, tidak ada lagi orang ke Sembalun"<br />
<br />
Maka mulailah kami tawar-menawar. Pak Surdi terlalu tinggi menetapkan harga padahal diri ini hanya seorang mahasiswa. Meski berlangsung alot, akhirnya aku mengangguk mau karena sudah tak mungkin lagi Pak Surdi diajak negosisasi. Ia pun sudah paham, siapa yang sebenarnya lebih membutuhkan.<br />
<br />
Segera kami berangkat ke Sembalun. Kata Pak Surdi perjalanan akan memakan waktu dua setengah jam. Ada yang aneh dengan Pak Surdi ketika duduk dalam kemudi. Ia mengemudi tidak seperti laki-laki. Kaki kananya terlalu dalam menempel pedal gas, sementara kaki kirinya terlalu kasar memindah gigi percepatan. Mengetahui ini segeralah aku minta berhenti. Saat itu di samping jalan ada warung makan remang-remang. Kami berhenti sejenak untuk bersantap gorengan ayam. Saat makan kecurigaanku menemui jawaban. Benarlah kegugupan Pak Surdi, beliau belum genap satu tahun memulai profesi ini.<br />
<br />
"Hahaha, Bapak ini, yaudah kalau gitu biar saya saja yang mengemudi"<br />
<br />
Tawaku bersautan, dikatakannya "iya" dan "tidak apa apa mas". Awalnya ia sedikit malu, karena seharusnya bersama ialah mobil berpacu. Namun malam itu keselamatan kami lebih penting, karena jalan ke Sembalun akan menanjak dan berkelok. Belum lagi kabut pegunungan, yang dengan mudah dapat menghilangkan penglihatan. Ini akan sangat berbahaya jika yang mengemudi belum banyak mengoleksi jam terbang.<br />
<br />
Tak lama kami menjadi akrab bersama sedikit kepulan asap. Rupanya Pak Surdi pernah tiga tahun merantau ke negeri Jiran. Ia lebih fasih berbahasa melayu dari pada berbahasa Indonesia. Anaknya dua, satu SD satu SMA dan sangat disayangnya. Kami bertukar cerita di tengah gelap jalanan malam. Menertawai kehidupan, merindukan cerita lama dan saling bertanya pada masa depan. Ini merupakan pertemanan instan kedua sejak meninggalkan Yogyakarta sore tadi. <br />
<br />
Pukul 00.00 sampailah kami di kawasan taman nasional Gunung Rinjani. Kami disambut lebat pepohonan dna kabut pegunungan. Sesekali monyet lompat menyeberangi muka jalanan yang nampak basah tersentuh embun. Celoteh kami berkurang, karena baik pengemudi dan penumpang kini harus mulai lebih waspada.<br />
<br />
Medan jalan yang naik dan berliku serta kehadiran mobil dari arah berlawanan menguji kemampuan mengemudi. Pada beberapa kesempatan, aku harus menekan gas pelan-pelan karena kabut pekat. Hanya putih terlihat dan jarak pandang tertutup hampir rapat. Jika teledor sedikit saja, masuk jurang jadi taruhan. Kami beruntung karena setengah jam kemudian kami sampai di Sembalun Lawang. Indah betul malam di Sembalun Lawang dengan ramai kerumunan bintang. Aku belum pernah menemui kerumunan bintang seramai di sana. Di tambah lagi megah pantulan bulan, yang putih memancar bersinar.<br />
<br />
Tak lama setelah gerbang desa tibalah kami di Pos Pengawasan Gunung Api Rinjani. Di sana kami disambut oleh Pak Yuli yang kebetulan bertugas malam itu. Sembari mengemas barang-barang, aku dan Pak Surdi bercakap-cakap untuk terakhir kali.<br />
<br />
"Tidak pernah ada malam penuh bintang seperti ini di pulau Jawa Pak Surdi'<br />
<br />
"Mungkin mas tinggal di kota"<br />
<br />
"Ini seperti mimpi Pak Surdi, saya kira mustahil ada pemandangan seperti ini di Lombok"<br />
<br />
"Memang bagus mas, belum banyak lampu di sini."<br />
<br />
"Pak Surdi ikutlah menginap malam ini, berbahaya sendirian ke Mataram"<br />
<br />
"Tidak apa mas, saya rindu anak istri"<br />
<br />
Begitulah tutur Pak Surdi menolak tawaranku. Baginya kerumunan bintang malam itu tak lebih indah dari senyum keluarganya di Mataram. Di situ pertemananku dengan Pak Surdi berakhir. Seperti pertemanan instan sebelumya, ia tak awet dan hanya berlangung sebentar. Namun pertemanan itu tetap memberi warna, pada corak kehidupan yang mulai kehilangan nuansa.<br />
<br />
<i>bersambung.....................</i><br />
<i><br /></i>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI3CTwaHfMoLfM_QCRpGlTaqJlfiR52Rf43SYff-Wg3bo8XqpcNr6H4xtYL0GfUtap7LCPd2fgRx9i0CJ5p9LjxBE5wckDMcnDEM82_mKvlqhe3WLmm6IKGR5yMvUtAP_cQI-kUDm7S2c/s1600/IMG_0007.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI3CTwaHfMoLfM_QCRpGlTaqJlfiR52Rf43SYff-Wg3bo8XqpcNr6H4xtYL0GfUtap7LCPd2fgRx9i0CJ5p9LjxBE5wckDMcnDEM82_mKvlqhe3WLmm6IKGR5yMvUtAP_cQI-kUDm7S2c/s1600/IMG_0007.JPG" height="426" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Pemandangan malam di Sembalun Lawang, Lombok</i></td></tr>
</tbody></table>
<i><br /></i>
<br />
<br />Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-83870105159037824892014-12-18T00:54:00.000+07:002015-02-01T22:40:26.305+07:00SELCUK, KOTA SEBELUM ISTANA KAPAS<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-ZgIG9neaREs/VLv55pptqxI/AAAAAAAAAYo/ytExW-W6wKQ/s1600/IMG_1395.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-ZgIG9neaREs/VLv55pptqxI/AAAAAAAAAYo/ytExW-W6wKQ/s1600/IMG_1395.JPG" height="266" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Roi dalam duduknya di kereta</i></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Roi akan pergi ke Denizli lalu kembali dua hari kemudian. Ia hendak melihat sebuah situs terkenal yang berada di pesisir Laut Aegean. Ia amat ingin ke sana karena kata orang lokal "Jika kamu mengunjungi Turki tanpa singgah ke tempat itu, maka menyesalah dirimu ketika pulang". Tapi sayangnya kalimat ini juga berlaku ke beberapa tempat lain di Turki. Jadi intinya Roi harus pergi ke banyak tempat agar tak menyesal ketika pulang.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Roi memang melakukan perjalanan ini untuk memenuhi saran si orang lokal tadi. Tapi ia tak ingin sekedar menghilangkan sesal. Ia harus pergi dan membawa pulang sesuatu. Roi adalah seorang pengelana yang telah berkali-kali melakukan perjalanan. Sebuah perjalanan baginya tak sebatas sampai tujuan atau gambar-gambar momen yang terabadikan. Bagi Roi perjalanan haruslah memberi kesan kepada kelima indera miliknya. Selain itu, perjalanan juga harus memberinya ilmu sebagaimana buku memberi ilmu pada pembaca. Dan yang paling penting, perjalanan harus ekonomis karena Roi bagaimana pun adalah seorang pelajar.</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Rencana Roi adalah melihat beberapa tempat, lalu menyicipi makanan lokal yng terkenal. Dia juga ingin berjalan-jalan menyentuh lumut tembok bangunan serta mendengar seruan jual-beli di pasar. Kamera miliknya terlistriki penuh. Bila pun harus kehabisan daya, Roi telah siap membawa sebuah cacatan agar tetap dapat menuliskan berbagai ilmu yang disajikan alam sekitar.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Beberapa hari sebelum pergi ia bersama beberapa kawan memesan tiket kereta api. Meski lebih lama dari perjalanan menggunakan bus, kereta menyajikan sensasi berbeda. Ia akan lebih banyak mengarungi padang luas di Tengah Dataran Anatolia. Dan yang paling penting, kereta jauh lebih murah. Ini sesuai dengan poin terakhir kriteria sebuah perjalanan buatan Roi.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Maka berangkatlah dia dari stasiun kota Ankara sore-sore. Sebelum sampai Denizli Roi harus menempuh 15 jam perjalanan kereta ke Izmir. Setelah itu akan ada lanjutan 4 jam perjalanan ke Denizli. Sebenarnya ada jalan pintas antara Ankara dan Denizli yang hanya memakan waktu 9 jam saja. Namun karena ketersediaan jalur kereta api yang mengharuskan berputar, Roi mengangguk mau dalam duduknya selama 20 jam di pinggir jendela.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dalam duduk dan interaksinya selama di kereta, Roi mendapati dua inderanya tersenyum. Matanya puas membaca hamparan padang, telinganya senang mengamati percakapan penumpang. Ini sebuah terapi sebelum mereka ditempa ratusan jam kuliah dalam beberapa minggu ke depan. Perjalanan kereta memang indah pada mulanya. Kini empat lima jam berlalu, dan senyum indera Roi merunduk layu. Mereka hanya dapat menunggu sampai perhentian selanjutnya di Izmir.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Setelah 15 jam akhirnya Roi sampai di Izmir, kota pelabuhan yang tak lagi semegah catatan sejarah. Meski demikian, kota ini tetap besar. Hanya saja namanya sudah tak seharum saat jaya dahulu. Beberapa tahun sebelumnya Roi pernah singgah di sini. Izmir menawarkan kehangatan yang berbeda di antara keramahan masyarakat Turki seluruhnya. Warga Izmir adalah dermawan yang tak pernah jengah memberi senyum. Ini tidak bisa ditemui di kota lain negara Turki.</span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-2ZGw-YvrnIw/VLv5SZgg6WI/AAAAAAAAAYY/HujfeToEhz8/s1600/IMG_0792.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-2ZGw-YvrnIw/VLv5SZgg6WI/AAAAAAAAAYY/HujfeToEhz8/s1600/IMG_0792.JPG" height="400" width="266" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i>Roi dan kelima indera-nya yang riang</i></span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Karena pernah singgah, Roi dan kawan hanya turun kereta untuk melanjutkan perjalanan ke Denizli. Namun sebelum sampai sana mereka mampir ke Selcuk. Sebuah kota kecil di sebelah Timur Izmir. Di sana masih berdiri kota peninggalan bangsa Yunani kuno <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ephesos"><i>Ephesus</i> </a>yang kini bercerita melalui sisa bangunan teater-nya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Teater adalah karya akbar bangsa Yunani. Melalui nya mereka mengajari bangsa lain bagaimana bersandiwara. Menghibur manusia dalam rekayasa tawa dan juga duka. Begitu fenomenal pertunjukan tersebut hingga beberapa abad setelah kemunculannya, teater berkembang menjadi syarat didirikannya sebuah kota. Kala itu, hampir setiap kota memiliki teater.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ephesus hanyalah satu bagian dari kota turistik Selcuk. Setiap harinya, Selcuk ramai dikunjungi wisatawan mancanegara. Selain peninggalan gedung teater, terdapat umah bunda Maria yang menjadi daya tarik tersendiri bagi umat nasrani. Rumah ini terletak lima kilometer di sebelah tenggara kota Selcuk. Konon bunda Maria pernah menetap di daerah tersebut. Rumah peninggalannya kini menjadi situs suci umat Nasrani.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Atraksi turistik Selcuk semakin lengkap dengan adanya beberapa pusat pembuatan minuman keras. Di sana para wisatawan dimanjakan dengan berbagai jenis wine dan bir dengan harga yang miring. Meskipun miring, ini tidak menjadi keinginan kelima indera Roi yang telah bertahun tahun membatasi diri bergaul dengan aneka minuman tersebut.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hari panjang yang berkesan. Bagaimana tidak, kelima indera Roi kembali bahagia bercengkrama bersama kota Selcuk. Alam dan manusia di tempat itu menjamu kelimanya sama rata. Roi menghela nafas panjang memandangi kedatangan kereta menuju Denizli. Selanjutnya akan ada empat jam lagi duduk di samping jendela. Roi beserta kawannya baru berangkat kala senja dan akan sampai di Denizli larut nanti.</span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSlFmRhNdCqYM32g5OB_P4f-htLYCJpDpW-8BAtGTHgPq1soXCzoVj7K4lm3dkGR_97ytDuhEZlE25fMHKDIFTtUfhIppnjqN6BdH1xbW66D_7UvwB_XlfYRgvnQKkcGeRamup0-9l3uM/s1600/IMG_0885.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSlFmRhNdCqYM32g5OB_P4f-htLYCJpDpW-8BAtGTHgPq1soXCzoVj7K4lm3dkGR_97ytDuhEZlE25fMHKDIFTtUfhIppnjqN6BdH1xbW66D_7UvwB_XlfYRgvnQKkcGeRamup0-9l3uM/s1600/IMG_0885.JPG" height="266" width="400" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i>Roi memandangi langit biru di Ephesus</i></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-21272628615002289332014-08-13T22:01:00.001+07:002014-08-13T22:01:20.090+07:00DUA TIGA KATA<p>Tiga tiga mata perkasa kepunyaan raksasa<br>
Tiga tiganya adalah kanan kiri dan di antara<br>
Tiga tiga mata tak memberi tenaga ekstra<br>
Tiga tiganya sama semua menatap muka</p>
<p>Dua dua mata cermin presisiNya<br>
Dua duanya membagi muka sama rata<br>
Dua dua anggota berdampingan semeja<br>
Dua duanya ngantor pagi pulang senja</p>
<p>Dua dua mata meski bekerja bebas menari<br>
dua dua tadi biasa menggoda sana sini<br>
Tiga tiga kesempatan sempat saling kait tali<br>
tiga tiga kali hilang tautan lepas kendali</p>
<p>Tiga dua malam tak akan terlihat gelap<br>
jika tiga dua bulan tak henti menatap<br>
Karena tiga dua saat saja, mata bisa serap<br>
tiga dua biji sisa cahaya penerang gelap</p>
<p>Dua tiga malam tak lagi terasa berat<br>
jika dua tiga musim telah habis terlewat<br>
Dua tiga malam terjaga dalam munajat<br>
agar dua tiga musim terang didapat</p>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-17570226750035827132014-08-12T20:38:00.000+07:002015-01-21T03:44:21.170+07:00KATA MEREKA AKU WONG NGAPAK<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Pdd_FuTDLHbBvd1JvK2MT1Ei4mOpGg1OpuR2W0LSmHTrRXis9u1q3oji830ZZSnBmaOE6N1rtQW1EA1e1WrvCW8IQcl0ivufEx2A4jkpgvPy1n2K_gENl9SH-UYZ9R-kDMS_QjlyIUk/s1600/IMG_0465.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Pdd_FuTDLHbBvd1JvK2MT1Ei4mOpGg1OpuR2W0LSmHTrRXis9u1q3oji830ZZSnBmaOE6N1rtQW1EA1e1WrvCW8IQcl0ivufEx2A4jkpgvPy1n2K_gENl9SH-UYZ9R-kDMS_QjlyIUk/s1600/IMG_0465.JPG" height="266" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>RSUD Margono Purwokerto</i></td></tr>
</tbody></table>
Sudah beberapa tahun ini saya meninggalkan kota asal saya Purwokerto. Selama itu pula bahasa daerah Banyumasan (Purwokerto-Cilacap-Purbalingga-Banjarnegara) yang menjadi ciri khas kami sedikit pudar dalam ucapan. Sebenarnya kemampuan bahasa itu tidak pernah hilang ataupun berkurang. Hanya saja mulut ini enggan berucap apalagi jika akhirnya hanya akan menjadi bahan olok olokan. Di sini saya ingin bercerita sedikit dengan bahasa itu. Dalam pengucapannyua, bahasa ini dibaca sesuai dengan ejaan hurufnya.<br />
<div>
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div>
Silahkan tertawa dengan tulisan ini jika dirasa lucu, saya tidak keberatan karena tawa mu tak pernah akan saya lihat langsung.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dadi Purwokerto kuwe terletak neng sebelah barat daya Propinsi Jawa Tengah. Jane nek dipikir pikir, daerah Purwokerto karo sekitare kuwe bahasane wis beda banget karo wong wong Jawa sing uripo neng daerah Semarang utawa Jogjaan. Biasane wong sekitar Jogja-Semarang kuwe ngomonge lewih alus karena akeh nganggo huruf 'o'. Nah sedangkan wong Banyumas dan sekitarnya angger ngomong 'a' ya 'a'. Misale kaya kiye. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tulisane Apa diwaca "opo" neng daerah Jogja-Semarang</div>
<div>
Nek neng Purwokerto dan sekitar ya tetep baen "Apa"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Nyong jane ya ora paham kenangapa huruf o bisa lewih sopan sekang huruf a. Mbok jenenge diskriminasi huruf? Tapi ya terserah wong baen lah arep diarani ora sopan ya ora papa.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Selain huruf a karo o, ana maning sing membedakan bahasane wong Banyumasan karo wong Jogja-Semarangan yaitu pembacaan huruf "k". Neng daerah Banyumasan, sing jenenge huruf "k" ya diwaca jelas "k". Tapi mbuh kenangapa angger ko pada dolan Jogja apa Semarang kuwe huruf "k" dadi lenjeh. Diwacane ngambang lan ora jelas. Dadi suara "k" lewih mirip tanda petik. Contohe kaya kiye.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
kata "katok" neng Jogja-Semarangan diwaca kato'. Padahal ya angger dilogika kudune ya diwaca katok baen. Tapi ya sepisan maning, kuwe jenenge kecenderungan wong wong. Nek ora salah pembacaaan k sing ngambang kuwe dianggep lewih sopan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Nah kuwe mau beberapa perbedaan sing keton banget antara bahasa Banyumasan karo bahasa Jawa sing dinggo neng daerah Jogja-Semarang. Nanging pas pada nganggo basa krama inggil, perbedaan mau kuwe dadi mengecil dan dua jenis bahasa Jawa mau seolah dadi siji.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Masih ada banyak bahasa lagi di Indonesia yang mungkin memiliki romantisme yang sama dengan kedua bahasa Jawa di atas. Jika ada kesempatan, saya juga ingin mempelajari bahasa daerah lain. Ya macam bahasa Melayu, atau bahasa Sunda, mungkin bahasa Aceh. Sa tidak tahu tapi sepertinya asik juga belajar bahasa Nusantara. Apalagi kebanyakan dari bahasa Nusantara berada dalam satu keluarga bahasa yang sama yang tentunya akan lebih mudah untuk dipelajari dari bahasa Asing. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-20570847133703606402014-07-17T23:41:00.001+07:002014-07-17T23:41:16.850+07:00BERMAIN PETAK UMPETAku pernah bermain dengan usilnya sampai kawanku enggan menemuiku lagi.<br />
Waktu itu kami sedang bermain petak umpet siang hari, permainan itu begitu menghibur<br />
sehingga kami memutuskan untuk melanjutkannya hingga sore menjelang senja.<br />
Sayangnya kami begitu ketagihan hingga malam tiba pun kami tetap bermain.<br />
<br />
Tentu saja permainan kami diselingi istirahat sholat dan makan. Jarak rumah kami berdekatan, oleh karena itulah tak menjadi masalah bagi kami untuk berkumpul kembali selepas makan, atau sehabis sholat.<br />
Ketika malam tiba permainan menjadi makin seru karena gelap. Gelap membantu yang bersembunyi,<br />
mereka menjadi begitu leluasa menghindar dari si malang penjaga pos penangkapan.<br />
<br />
Memasuki malam gelap, energi kami berkurang namun keusilan justru datang. Sekongkol dalm persembuyian hingga saling menakuti terjadi di antara kami. Lebih dari itu, aku menjadi yang terusil dengan ide ide ingin menakuti yang lain. Tibalah saat seorang begitu menarik hati untuk diusili. Maka terlaksanalah rencana menakuti, dari semak, lalu serangan sampai muncul jeritan.<br />
<br />
Rencana itu berhasil, dan mangsaku terjatuh terkaget-kaget oleh kemunculanku dari semak.<br />
Sayangnya dia menangis dan mulai mengutukiku. Yang lain hanya bisa diam, beberapa berkomentar. Kebanyakan dari mereka menyalahkanku.<br />
Padahal niatku hanya bermain, namun ternyata tak semua mengerti, termasuk dia.<br />
<br />
Permainan kami semua bubar karena tangisnya, kini ia pergi berlari menuju rumah.<br />
Yang lain masih di situ, mencoba meneruskan lagi.<br />
Namun ketika pergi seorang, maka semangat lainnya menghilang.<br />
<br />
Sehari berlalu, ia belum mau muncul, dua hari hingga seminggu pun masih sama.<br />
Dia betul betul tak suka dengan laku jailku.<br />
Kemudian beberapa bulan berlalu, dan masih marahnya padaku.<br />
<br />
Kata kawanku ia tak marah, hanya enggan bermain lagi denganku.<br />
Begitulah akhirnya, jailku menjadi bencinya yang tak hilang hingga berbulan lama.<br />
Barulah, setelah entah berapa aku lupa, ia memaafkan.<br />
Namun tetap saja, lakunya tak sama lagi dengan yang lalu.<br />
<br />
Kini kami terjebak dalam sebuah ketanggungan.<br />
Yang tertanggungkan sebenarnya dia, karena sungguh berpuluh maafku melayang sudah.<br />
Ketanggungannya sungguh tak enak dilihat, apalagi didengar.<br />
Seperti pertemanan yang diambang kehabisan.<br />
<br />
Kawan, berhati-hatilah saat bercanda..................................................Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-47645290413251448082014-04-01T05:21:00.001+07:002015-01-22T05:47:31.363+07:00BARBER OF BALDOne evening I went out to the streets to find a barber. It had been a while since my last visit to a barber. I used to have a long hair. During those times, barber was never in my destination list. The hair was all long and natural, never to be modified. Then I got it cut. Now it had grown again. And would have to be cut again in that very evening.<br />
So before I got to a barber, I made an unusual pre-selection. I wanted to cut my hair with a unique barber that had to both look and work different. It might not be a very big deal, but I wanted my return to the barber, memorable. Haha<br />
Anyway, I turned my steps towards the main street. There I had my pre-selection started. You have to know that there so many barbers in Turkey. Unlike most Indonesian, hair growth here is pretty fertile, just like many other countries in Europe.<br />
People here don't only have their hair cut, they also have their face shaved in the barber. So this bussiness are always around to meet people's demand.<br />
After a while I started to feel hopeless cause as I walked farther, there was no sign of a barber that met my qualifiation. Thus I decided to simplify my criteria. From then on, I would get into any barber who is either bald or long haired.<br />
Not long after my wish was granted. There was this bald guy, who came out of his shop and greeted me. I was not very sure about him but, as he was bald, I decided that he was the barber. <br />
So I went into his shop and immediately sat in front of the mirror. We talked for a while. He was thirty eight, married with two children. He thought I was of Chinese origin. He said that my eyes were really small, similar to those who played kung fu in the movies. <br />
His comment was really hillarious. Explaining would not correct him anyway, so I decided to enjoy his joke. <br />
I showed him a photo, and was expecting him to immitate the style the picture had. At first he shooked his head, approving my wish. But then as he cut through, my hair was only getting shorter. It didn't turned into the model I had desired. <br />
Then on he finished up his job. He asked me of my satisfaction with his job. I had actually wanted to complain. But what had been cut could never return back to mu head. Thus I smiled and told him that it was great. <br />
I paid the fee and went back. The haircut wasn't really bad though. It was just not as what I had expected. While walking, I rubbed my head, trying to convinced the world. <br />
"This is my new hair man!" hahaGagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-44580555901242780132014-03-27T03:42:00.001+07:002014-03-27T03:46:36.487+07:00DI BAWAH PANTAUAN TUHAN<p>Selepas matahari terbenam dan hari jatuh dalam gelap, panggilan sembayang berkumandang. Jalanan sekitar ramai dilalui kendaraan, membawa pulang orang-orang. Klakson dan suara TOA berpapasan, saling sapa kemudian berlaluan.</p>
<p>Sementara itu ramai masih nempel di jalanan. Beberapa polisi berjaga, siaga apabila ramai jatuh dalam larinya. Setiap hari selama beberapa puluh tahun, ramai rutin lari-lari pada pagi dan sore. Usianya tak bisa dibilang tua namun polisi tetap berjaga pada sudut-sudut jalan yang menjadi jalur kesukaan ramai.</p>
<p>Aku ikut mengamati maraton tunggal ramai. Tak hanya mengamati, bahkan beberapa menit yang lalu ikut terlibat. Tadi aku turun di salah satu halte. </p>
<p>Sedari tadi kedua kaki diam berdiri tertopang tiang dalam bus. Kini mereka melangkah, menuju tempat istirahat. Melewati gang sepi. </p>
<p>Tak seperti ramai, sepi diam di antara himpitan rumah-rumah. Ia enggan memilih jalan hidup si ramai yang haru berolahraga dua kali sehari.</p>
<p>Sampailah aku pada suatu pohon, lalu berhenti. Di situ terduduklah badan, menikmati petang. Mengambil nafas lalu melepas kembali. Begitu berkali-kali sampai senada, irama antara mengambil dan melepas.</p>
<p>Lelah sekali, padahal sudah beratus hari berlalu. Lantas bagaimana bisa baru terasa lelah sekarang? </p>
<p>Ketika sibuk banyak tenaga kerja sana sini semua terlihat mudah. Urusan ini beres, yang itu selesai. Tiba tiba semua kacau. </p>
<p>Ternyata yang terlihat hanya menyenangkan mata. Organ lain tak terpuaskan pandangan. Jatuhlah satu persatu sampai seluruhnya. Kini terduduk badan, dengan kelelahan semua organ.</p>
<p>Menatap langit kemudian mencari Tuhan. Di antara bintang-bintang dan rembulan. </p>
<p>"Adakah Engkau melihat di sana, kelelahan organ-organ di bawah sini?"</p>
<p>Meski sunyi, sorot mata Tuhan menghujam. Memandangi hambanya yang lemah. Memancarkan harapan, yang sayangnya tak sampai pada si hamba. Pancaran itu nyata namun si hamba tak mampu mengambilnya.</p>
<p>Aku di sana, di antara pancaran itu diam. Pancaran itu lari ke sekitar,masih dalam jangkauan mata. </p>
<p>Organ-organ lelah ini belum bangkit, masih terduduk di bawah pohon tadi. Sinar rembulan dan bintang masih di sana bersama Tuhan. Memandangiku dengan keheranan.</p>
<p>"Ini harapan sudah terpancar, kenapa masih diam hamba itu? Selelah itukah? Selemah itukah?"</p>
<p>Mungkin itu yang terucap di atas sana. </p>
<p>Hamba dalam duduknya melanjutkan lamunan. Di antara sepi himpitan bangunan-bangunan. Di bawah pohon dan bulan bintang, masih dalam pengawasan Tuhan.</p>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-79435830237061364532014-02-21T05:07:00.001+07:002014-05-05T15:29:47.733+07:00MUAL MUAL MINUM COMBERAN<br />
Kepul asap tipis nongol sedikit sedikit <br />
dari para muda, <br />
yang berdiri pada bibir jalanan kota<br />
<br />
Biasanya botol-botol biru ikut serta<br />
meramaikan kepulan asap mereka<br />
Namun kali ini tidak, <br />
asap saja yg mengiringi di sana<br />
<br />
Senyum muda-muda menguning menertawai isi dunia<br />
Lalu sesekali tutur mereka mancur,<br />
keluar comberan kata-kata<br />
<br />
Dua tiga jam berlalu, tibalah senja<br />
Berlanjut petang gelap segera<br />
Asap mereka menebal,<br />
putih pekat merebak aroma<br />
<br />
Senyum mereka masih bersanding tawa<br />
Seolah tiada habis kelucuan dunia<br />
Angin sepoi yang kebetulan lewat, membawa aura canda di sana<br />
Ke sudut-sudut jalan sampai...<br />
<br />
Menyentuh telinga Paman Hoca<br />
<br />
Telinga Paman Hoca lalu mendatangi sumber suara<br />
Sesampainya di sana geleng-geleng paman<br />
<br />
Marahnya disambut tawa,<br />
Himbaunya dijamu comberan,<br />
yang sedari tadi masih muncrat dari tutur mereka<br />
<br />
Baunya tak sebusuk tadi sore namun tetap bau.<br />
Paman hoca kini mual-mual<br />
Telinganya nyeri lalu muntah-muntah pada kedua mata<br />
<br />
Inilah yg disedihkan Paman<br />
Beliau takut nanti busuk comberan jadi wabah<br />
<br />
Maka didekapnya mimpi untuk jauhkan<br />
jutaan jiwa dari minum comberan<br />
Agar tak banyak korban tertular<br />
Mual-mual minum comberan!Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-1481822134753500512014-01-23T03:22:00.000+07:002014-01-23T03:22:00.213+07:00GLACIATION AND ISOSTASY<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Glaciation
is a process of accumulating snow into a large block of ice. This block of ice
is called glaciers. This process of glaciation occurs commonly in cold
environment that has a sufficient amount of snowfall. Although most Glaciation
take place in the polar region, glaciation also appeared in the high mountains
of tropical areas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Isostasy
is the concept of floating Earth’s crust to maintain gravitational equilibrium.
The concept is similar to a floating wooden block above water. Since water is
denser than the wood, it makes the wooden block float. When woods float,
another behavior is also observed. The thicker wooden block floats higher than
the thinner ones. It also has deeper root that are covered by water.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Glaciation
is related with the concept of isostasy in two ways. First is the effect of
glacier’s presence on the continent. Second is the glacier’s behaviour when
floating free in the oceans as icebergs.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><i><b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">1.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></b></i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><i><b>Continental thickening</b></i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 14.7pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Glaciers covers approximately
10 percent of the total land area on Earth. Most of them are located in
Greenland and in Antartica. Glaciers at this place are so thick they can reach
the thickness of 4300 meters in Antartica. In addition, glaciers of Antartica
covers around 80 percent of world’s ice. So if they melt, sea level worldwide
would rise to 70 meters.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 14.7pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 14.7pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">This huge block of ice give
additional weight to the underlying crust. Because of the massive size,
additional weight is sufficient enough to cause uplifting of the crustal root.
Meaning that the crust in these area have deeper root to maintain balance with
the additional ice weight.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><i><b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">2.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></b></i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><i><b>Floating icebergs</b></i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 13.65pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">In Greenland, lots of
glaciers melts and brakes into large icebergs. Those iceberg than floats
south-wards to the Atlantic Ocean. Free floating iceberg are nightmares to sailors.
The most famous one is the sinkage of Titanic a century ago.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 13.65pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 13.65pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Icebergs cause accidents as
only small portion of the ice are floating above water level. Meanwhile huge
block of it is covered underneath. Thus iceberg is not very visible from
distance. Sailors may only realize the iceberg as they approach near.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 13.65pt;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">The behaviour of iceberg here is also similar to the
uplifting of crustal root in antartica. Both behaviour take place in order to
maintain gravitational balance.<o:p></o:p></span></div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-23872196705807389982014-01-16T06:10:00.000+07:002015-01-21T03:54:22.518+07:00MENGAMATI LAUT<div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVHI6MFWXLZQwKTnQ5jnMlM3K7A26ZXN7ujgfLZTpX1e4VNWHO45l9R-gVRLrv4tIG89oxgEKWvCsa50536XuU2EeGzAiag1AboMFVKauZYYnwjZKAqh_fPtlvPquzUOnpeZIIyDKicOY/s1600/IMG_1257.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVHI6MFWXLZQwKTnQ5jnMlM3K7A26ZXN7ujgfLZTpX1e4VNWHO45l9R-gVRLrv4tIG89oxgEKWvCsa50536XuU2EeGzAiag1AboMFVKauZYYnwjZKAqh_fPtlvPquzUOnpeZIIyDKicOY/s1600/IMG_1257.JPG" height="266" width="400" /></a></div>
Tahukah kamu tentang lautan, yang dangkal dan yang dalam?</div>
<div>
Laut dangkal itu indah, </div>
<div>
Banyak ikan dan terumbu karang</div>
<div>
Sehariannya dicumbu orang, apalagi daerah kepulauan</div>
<div>
Seperti Indonesia,,,, </div>
<div>
dengan Balinya,,,,</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Laut yang dangkal masih menempel pada daratan,</div>
<div>
Tangan kanannya memegang lautan,</div>
<div>
Kirinya menggenggam pasir pantai,</div>
<div>
Ombak di sana hanya deras ketika petang</div>
<div>
Selebihnya tenang, damai...</div>
<div>
<a name='more'></a><br /></div>
<div>
Kemudian ada laut dalam yang jauh dari nelayan</div>
<div>
Selain jauh, laut yang ini seram,</div>
<div>
Kapal besar pun ragu mengarunginya</div>
<div>
Mau malam, mau terang tetap saja</div>
<div>
Dari mana pun dipandang,</div>
<div>
Selalu berwarna gelap dan kelam</div>
<div>
Bahkan mendekati hitam....</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Orang lebih sering membicarakan laut dangkal,</div>
<div>
Pun dengan penyesuaian-penyesuaian,</div>
<div>
Air biru yang terang siang-siang,</div>
<div>
Atau jernih pantulan rembulan malam-malam</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Padahal yang teramat luas adalah laut dalam,</div>
<div>
Yang kebiruannya amat pekat,</div>
<div>
Apalagi jika malam menjelang,</div>
<div>
Dan awan badai menghadang,</div>
<div>
<br /></div>
Itulah keindahan lautan,<br />
<div>
ia bukan tentang luas,</div>
<div>
ia juga bukan tentang kedalaman</div>
<div>
ia lebih pada penyesuaian pikiran</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pernahkah kau ke pantai?</div>
<div>
Lalu berenang, kemudian menyelam</div>
<div>
Matamu kemudian terasa pedih</div>
<div>
Mulutmu mengernyut kepahitan</div>
<div>
Saat itu kamu sadar,</div>
<div>
tentang apa yang dibicarakan di sini</div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-4462321363598627112014-01-01T17:14:00.000+07:002014-01-01T17:14:00.710+07:00SAVING GROUNDWATER<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Ground water is
the main fresh water resource that can be used by humans. Although Ice Sheets
that are available in the poles contains much more fresh water than any other
place, they are not usable. That way ground water acts as the main fresh water
resources in this planet. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">As time goes by
more human roam around planet Earth resulting in the rise of fresh water
demands. Every year more and more people are using water for agriculture, daily
needs and industry. At the same time the amount of fresh water abundant in
nature stays the same. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">The problem with
ground water is not only they are limited they are also effected by human
activity.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 7pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="text-indent: -18pt;"><b><i>1.Polluted ground water.</i></b></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Human create waste that are being dumped in landfill. These dumps
contain liquids and chemical which may absorbed into the soil. If too much of
these harmful material goes into the soil, they may not be well filtered when
entering the ground water below. Thus the ground water of that area will be
polluted and can’t be used. If they are being used the human will get the
deceases.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Pesticides in agriculture may also pollute ground water. As they are
spread out to crops using water, pesticide also got into the soil and polluted
the bellow ground water reserve. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="text-indent: -18pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="text-indent: -18pt;"><b><i>2.Unbalanced water cycle.</i></b></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Ground water is closely related with the water cycle, which are also
being effected by human activity. If the water in-land is being pump without
control, too much water will be taken out of the ground water reserve. Ground
water table will fall and rainfall may not get the previous water level back. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">This
will result to scarce water reserve and in some case may lead to land collapse.
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Humans have to
be wiser in using these resources. Ground waters are located below us unseen,
thus contamination or scarcity could not be observed immediately. It is not
impossible that if not taken care properly, human may have to look for an
alternative to ground water like refining sea water to fresh water. </span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="" name="_GoBack"></a><span lang="EN-US">But before this happens humans must treat ground water resource as
un-renewable resource. </span></div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-29285447159807496222013-12-31T17:11:00.000+07:002014-01-25T06:22:08.870+07:00FLOOD IS EVERYBODY’S RESPONSIBILITY<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Flood is one of
the most common natural disasters that threats human. Every year flood destroys
human settlement, sometimes costing lives. Flood itself is a natural process.
But even so, the development of human civilization also play a great role in
the making of flood. Thus human need to put effort in order to minimize flood.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">There are many
reasons for a flood to occur. Natural causes of flood might come from rapid ice
melting in the mountain summits or heavy rain. Both reason trigger massive
water current which the river or steam could not handle. As a result water
level rise and water finally spills to villages nearby.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">The first two
reasons though, don’t really harm human since it is naturally occurring.
Unfortunately causes that are resulting from human growth, add the list of
flood causes.</span><br />
<span style="text-indent: -18pt;"><br /></span>
<span style="text-indent: -18pt;"><i><b>Urbanization</b></i></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
As people move to the city, more and more building are being built. As
more building appeared, more open land is being covered by concrete blocks. The
covering of these open land results in less water infiltration. So when flood
occur the water could not go into the Earth.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">2.<span style="font-size: 7pt;"> <b><i>
</i></b></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US"><b><i>Deforestation</i></b></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Cutting of trees might not get rid of open areas as in the case of
urbanization. However the open area left after deforesting leaves soil
vulnerable to erosion. Tree roots, which used to hold together soil, disappear.
More soil eroded to the river decreasing the river’s volume. Thus flood will
occur more often.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"> </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">3.<span style="font-size: 7pt;"> <b><i>
</i></b></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US"><b><i>Dumping the river</i></b></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Similar to deforestation, dumping in rivers also decreases the
river’s ability to transmit water. But dumping is also more dangerous because
the dumps are toxic. When flood occur, contaminated water spread throughout the
human settlement, very often causing deceases.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">4.<span style="font-size: 7pt;"> <b><i>
</i></b></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US"><b><i>Dam failure</i></b></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">This
reason might be the least common but very dangerous when it occur. Huge amount of
water which are held back behind the dam wall suddenly burst-down the stream.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Engineers have
come up into brilliant solutions to flood such as canalization. However it will
not become a permanent solution if humans are still dumping rubbish to the
river or cutting too much trees or building too much concrete block without
leaving any open space.</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US">The four reasons
mentioned above should be taken into everyone’s mind. Because preventing flood
is not only the duty of certain job. Everyone must take their part, even
children. </span></div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-90319510806801072422013-11-25T16:09:00.002+07:002013-11-25T16:09:16.575+07:00METALLIC ORE MINERALS AND HUMAN<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> For
centuries human have been using metallic ore minerals to support their
civilization. Before metal was introduced to the human society, stone were the
most common means of making tools. But as human evolves they discovered that
metals are stronger and much more practical as it could be crafted into varies
shapes.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> The
first metals that were used by humans were bronze and iron. Both were widely
used in almost every aspect of life. Glass, spoon, forks, kettle, cooking
utilities are good examples from household utensils. From political aspects,
metals were used to equipped soldiers with weapons and shields. Metals were
used for trade when gold became the major means of exchanging. Travel and many
other aspects of life were also dependent to metals as well. The usage of
metals increased until the time of industrial revolution. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span></div>
<a name='more'></a><br /><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> During
the industrial revolution demands for metals boomed. People started inventing
machinery that allows massive amount of production with less cost. Then
discoveries of new tools appear. This leads human civilization to rely on more
and more to metals. By this time, metals were not just Iron and bronze and
gold. Zinc, aluminums, copper and lead also contribute to the list of metals
being used. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">The
invention of automobiles burst metal need to a whole new level. Development of
technologies in our days had also influenced usage of metals. In the future
this trend will continue, and more and more different metals would probably be
introduced to the group mentioned earlier.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Metals are
found in nature in the ore mineral forms. These ores needs to be processed
first before they can be used as metals.
Metallic ore minerals have to be economical in order to be mined. It
means that the cost of mining and processing minerals must be less than the
cost they produced when sold. Therefore human have to first learn about the ore
mineral content before deciding to mine it massively. Thus human must
continuously upgrade their knowledge towards how to mine these metallic ore
minerals. Because for the near future there’s not much alternative that could
replace these ore minerals’ role.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> As
technology continues to develop, metallic ore minerals will remain an important
support to human civilization.<o:p></o:p></span></div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5956396136207305293.post-29206015576391716712013-11-22T16:01:00.001+07:002013-11-25T16:00:39.853+07:00ASWIN BUAT ONAR LAGI<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ini satu lagi penggalan cerita gila
semasa SMA dulu. Kawan-kawan memang sering berbuat gila, nakal, onar, binal. Ah
semua kata itu tidak cukup menggambarkan semua. Atau mungkin memang semua kawan
SMA kita gila. Atau masa SMA semua manusia memang menjadi gila. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Entahlah yang jelas SMA itu masa
yang sangat menyenangkan. Penuh dengan canda, kita sering tertawa sendiri
bagai orang gila waktu SMA. Bisa jadi inilah penyebab kenapa kita semua gila waktu itu.
Yang gila tak cuma putra, putri juga begitu. Kadang mereka lebih gila.
Bayangkan saja ada suatu masa di mana mereka______. Ah sudahlah tak usah, malah
membuka aib para wanita. Nanti bisa babak belur muka ini dibuat pukulan mereka.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Jadi waktu itu kami sedang berada
di kawasan Bandungan. Setiap akhir semester ada acara jalan-jalan ke tempat
yang kami inginkan. Ada acara tambahan yaitu membaca buku. Atau mungkin bisa
jadi jalan-jalan adalah acara tambahan, dan baca bukulah acara inti. Bagaimanapun cara
melihatnya kami pergi setiap akhir semester. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Semester itu kami tak banyak uang
maka dari itu kami memutuskan untuk menginap di Bandungan saja. Di sana dekat,
murah dan tidak banyak menguras pikiran dalam perencanaan. Hanya satu jam
perjalanan dan banyak pemilik vila yang sudah kami kenal.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berangkatlah kami dari asrama
malam-malam. Kenapa malam? karena siang masih ada kelas. Setelah satu jam
perjalanan sampailah kami di Bandungan. Oya mungkin ada dari pembaca yang tak
mengetahui keberadaan Bandungan. Ia adalah desa wisata yang terletak tak jauh
dari kota Semarang. Di sana banyak tempat karaoke malam. Tapi malam itu kami
tidak ingin pergi ke bilik-bilik karaoke itu. Banyak wanita di sana dan kata guru
kami berbahaya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sesampainya di vila kami langsung
dihidangkan makan malam. Maklum ongkos sewa vila sudah termasuk tiga kali
makan. Jadi penjaga vila sudah menyiapkan hidangan untuk 23 orang. Ya kami ber
23 plus satu Pembina dan Wali kelas kami.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah makan kami tidur lalu
bangun dan baca buku. Waktu SMA, kami disuruh membaca buku agama. Katanya supaya
kami mengerti bagaimana cara hidup yang baik. Agar kami jadi manusia yang berakhlak dan
tidak tertarik main ke karaoke yang ada di Bandungan. Seperti yang aku bilang
tadi di karaoke-karaoke itu terdapat banyak wanita dan botol-botol minuman fermentasi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Siang kami duduk di ruang utama. Di
antara kerumunan kawan yang sedang duduk manis membaca buku, muncullah Irfan
berjalan menuju toilet. Tak lama setelah itu ada suaru berisik keluar dari sana. Irfan sedang berusaha membuka kait pintu. Berisiknya membuat beberapa
mata melirik bertanya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Pintu cacat” kata Irfan
menyumpah serapahi pintu kamar mandi sambil melangkah keluar<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Astaghfirullah hidung ya” kata
Mirza <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Irfan memang lebih akrab dengan
panggilan hidung, kata teman-teman, mukanya secara kesuluruhan mirip dengan
hidung. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Karena Irfan tidak keberatan maka
teruslah kami panggil hidung. Selain itu kami juga memanggilnya “mambu” karena
mulutnya bau. Dia jarang sikat gigi ketika SMA, entahlah sekarang. Mungkin sudah
tiga kali disikat gegigiannya dalam sehari.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Pintune kakeane, jaluk d*******.
Kakeane jianc******k As*****.” Jawab Irfan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah kata “di” ia mengecilkan
suara dan berbisik. Gerak mulutnya saat berbisik sontak mengundang yang lain
untuk berkomentar. Ia bersumpah-serapah dalam bisik.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“<i>Mambu cacat lambemu</i>” (Fan gak bener banget mulutmu)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Hidung emang! Cacat!”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Mambu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Hidung mambu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Hidung mambu cacat”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Hidung goblok mambu cacat”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Hidung goblok pekok mambu cacat
mental binal” saut Mirza dengan mata melotot. Tak hanya itu ia menghampiri
Irfan dan menunjuki hidung Irfan dengan sekeras suara.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“As**** koe mir,hahaha” kata
Irfan tertawa. Entah mengapa sumpah serapah si Mirza ditanggapi Irfan dengan
tawa. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Aku matiii, kau bau sekali
Irfan. Aaaaaa………….” Mirza menjatuhkan diri ke lantai dan pura pura mati<o:p></o:p><br />
<br />
"Hahahahahahaa"</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Mambu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Hidung mambu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Hidung mambu cacat”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Semua bersautan lagi sampai
akhirnya keluar suara Braja<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Sssssstt” lirik braja sambil mengisyaratkan
raut muka menyuruh kami untuk diam<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kami semua segera memandangi satu
sama lain dan diam. Keasyikan mengatai Irfan terhenti. Tidak semua sebenarnya,
yang ada di situ saja. Mungkin sepuluh dari kami yang berhasil didiamkan oleh
Braja.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kondisi membaca kembali kondusif
selama beberapa menit. Teteapi, mungkin karena kami memang tidak begitu tertarik dengan
bacaan, muncullah kegaduhan lagi. Kali ini Hendra yang memainkan gelang. Ia
memukul mukul perhiasannya itu ke lantai berusaha mencari perhatian. Aku
memperhatikan tingkahnya namun diam saja. Biarkan dia lelah sendiri,hahaha<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Karena tak ada yang menggubris ia
mempercepat temponya memukuli lantai. Kemudian ia menambah kegaduhan dari mulutnya.
Dia mulai membuat suara aneh dengan memainkan lidah. Lama kelamaan semua
gelisah dan percakapan kembali berdatangan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Diam kau il, ganggu saja sukanya,
orang lagi baca di sini” tegur Aswin<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Selain Irfan, Hendra juga punya
julukan. Kami menjulukinya Mail si Office Boy. Entah bagaimana asal usulnya
pokoknya saat SMA dia lebih akrab disapa Mail.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Bosen ndes, berat bacaannya”
keluh Hendra<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Banyak dosa si kau il, panas lah
baca buku begituan” canda Anggono<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“As**** kamu Gon,hahaha” jawab
Hendra<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Iya nih bosen cuk, siap siap
buat nanti malam aja gimana? Bakar ayam” Usul Ariza<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ah jangan ayam udah biasa, babi
aja gimana” Saut Mirza dengan nada serius<o:p></o:p><br />
<br />
"Hahahahahahaha"</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Cocotmu mir, hahaha” sautku<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Panggang babi terus kita minum
jus, jus air ketuban” jawab Mirza. Kami tertawa<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Hahahahahahaahahahaha”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ndasmu mir, hahahahaha” kata
Irfan<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Hoeeek Hoeeeek”<br />
<br />
“Mambu”<br />
<br />
“Hidung
abab mambu” saut semua bersamaan <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kasian sebenarnya Irfan kami
perlakukan seperti itu, namun karena ia tak keberatan kami lanjutkan saja.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Bakar kelinci aja, atau sate
kelinci” kata Adit<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Oh boleh boleh itu, ide bagus”
tambah Ariza<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ayo kita tanya yang lain pada
mau enggak, terus kita tarikin uang iuran”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kami lalu menghampiri Pembina kami
dan meminta permisi untuk keluar ke pasar membeli sate kelinci. 300 tusuk sate
kelinci kami pesan dan mulailah acara bakar-bakar. Tepat pukul 9 malam hidangan semua tersaji. Semua makan kenyang. Untung saja semua doyan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sudah kenyang kami berlanjut
bersenang-senang. Ada yang main gitar, ada yang main dota ada pula yang main
PS. Oya masih ada saja saat itu yang membaca buku. Alim sekali mereka, entah bagaimana mereka bisa betah membaca meteri seberat itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Satu dua jam berlalu dan pesta belum
menunjukan tanda-tanda akan berhenti. Yang main gitar makin keras bernyanyi,
pemain PS juga makin bernyali dengan sumpah serapah mereka. Para pemian dota
juga begitu, mereka bermain dengan penuh emosi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di tengah keasikan itu tiba-tiba
Wali Kelas kami muncul. Ia menghampiriku yang sedang asik main PS dengan si
Yusa. Di sebelah kami ada Aswin yang sedang serius main dota. Ia terhubung
dengan pemain dota lain yang memilih untuk bermain di kamar. Entah mengapa Aswin
begitu emosional malam itu, katanya ia tak mau kalah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wali kelas kami mengajak diriku
dan Yusa ngobrol. Seperti biasa kami berbincang sana sini. Aku lupa topiknya. Setelah berbincang dengan kami, ia mengamati Aswin sedang sibuk
dengan laptopnya tanpa menghiraukan kehadiran beliau.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Beliau beranjak pergi namun
beberapa langkah setelah berdiri, beliau kembali ke arah kami. Kini Wali Kelas
kami mengamati Aswin yang masih sibuk dengan laptopnya. Tanpa mengisyaratkan
apapun kepada kami yang ada di dekatnya, beliau menutup mata aswin dari
belakang. Dengan polos reflek Aswin berkata.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“As****, bajing****n, kake****ne.
Minggir anj****ng” sautnya tanpa dosa<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saat itu juga tangan Wali Kelas
kami menyambar telinga Aswin dan menamparnya. Aswin yang menyadari
kecerobohanya kaget dan bingung. Ekspresi marahnya belum berganti menjadi
bersalah. Matanya merah gelisah, ia ingin minta maaf tapi masih tersisa luapan marah.
Permainan dotanya terbengkalai sudah…<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari kamar seberang berdatangan suara
pemain dota lain. Mereka menegur Aswin yang meninggalkan area virtual perang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Win jangan goblok diam di situ,
seranglah musuh” Saut Hendra<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sementara itu wali kelas kami
sedang marah dengan Aswin. Beliau menyuruh Aswin untuk pergi ke balkon. Beliau akan menyidang berbuatan dan perkataan Aswin di sana. Saat itu Aswin masih gugup
dan bingung. Satu tangannya masih menggenggam erat mouse dan satu lagi
menggaruk-garuk rambut.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku dan Yusa yang berada di
sampingnya hanya bisa diam. Kami melanjutkan permainan PS sambil mengecilkan suara.
Setelah insiden itu pesta terhenti. Satu bersatu dari kami pergi dan tidur.
Ending yang kurang happy. Ya secepat itulah suasana pesta ramai menjadi hening.
Sayang sekali harus berakhir malam itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Namun beberapa bulan setelahnya,
insiden ini menjadi bahan tertawaan kami kepada Aswin. Bodohnya dia menyumpah
serapahi wali kelas :D<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgspdwJdj9IQuxeIx1NJN0v2M1xGrFQnJ86-KCcMnEttNPpfvzoiMszToj3ULDx4iSxEvnl0nnR9tqzHpl92qAD4Xj0PkoEimCucTtsJ7pe1CHnqQAuPUJEivWofrmiH0hCn6-wuFG_uU8/s1600/417520_336648656378297_1055520820_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgspdwJdj9IQuxeIx1NJN0v2M1xGrFQnJ86-KCcMnEttNPpfvzoiMszToj3ULDx4iSxEvnl0nnR9tqzHpl92qAD4Xj0PkoEimCucTtsJ7pe1CHnqQAuPUJEivWofrmiH0hCn6-wuFG_uU8/s640/417520_336648656378297_1055520820_n.jpg" width="414" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Aswin adalah yang memakai baju biru</i></td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Gagaselastichttp://www.blogger.com/profile/04953208544213198539noreply@blogger.com0