Akhir pekan memang hal yang paling ditunggu para siswa Semesta. Sabtu siang setelah pulang sekolah sudah bisa dipastikan kantor asrama mendadak menjadi ramai. Seluruh siswa SMA yang ingin keluar dari asrama berkumpul mengantri untukk mendapatkan tanda tangan sang direktur asrama. Mereka semua keluar dengan berbagai alasan mulai dari pulang ke rumah, les sampai alasan beli peralatan mandi. Baik alasan yang benar maupun yang bohong semuanya bertujuan sama yaitu keluar dari asrama untuk menghirup udara luar.
Namun tak semua ikut dalam majelis perijinan ini. Sebagian siswa memilih untuk tetap di asrama untuk beristirahat sekaligus menghemat uang saku yang aru akan di kirim awal bulan. Minggu ini aku termasuk dalam rombongan penghuni asrama di akhir pekan. Terdengar cukup membosankan memang tapi ada yang perlu diketahui bahwa di akhir pekan tak ada jadwal yang padat dan kita bisa tidur, bermain hape dan laptop tanpa ada larangan dari para pembina asrama. Cocok bagi mereka yang ingin bersenang senang tapi tak ada uang di dompet.
Sabtu itu ada Pentas Seni di SMA 5 Semarag dan bintang tamunya adalah ‘Andra and the Backbone’. Aku memang suka dengan Andra and the Backbone da beberapa temanku telah menawarkan tiket kepadaku. Entah mengapa aku tidak begitu bersemangat untuk menonton mengingat uang sakuku ingin ku tabung untuk membeli speaker gitar electric mini marshall yang berharga 350 ribu. Tiket menonton memang tak begitu mahal yaitu 25 ribu rupiah, tapi pengeluaran ternbesar bukanlah dari tiket melainkan ketika makan dan mencari tempat tidur karena temanku Hendra tidak dapat pulang malam itu. Jadi aku memantapkan diriku untuk tetap di asrama.
Aku baru saja tertimpa musibah yaitu handphoneku disita secara tak terhormat di hari jum’at. Saat itu aku mambawa handphone karena ada pengumuman beasiswa ke Universitas President. Mungkin memang diriku lagi sial, di kala pelajaran matematika tiba tiba terjadi inspeksi mendadak oleh Pak Dendi, Pak Bernad dan Pak Imam. Aku yang panik saat itu tak bisa berbuat banyak dan harus menerima penyitaan itu. Peraturan adalah peraturan, Pak Bernad sama sekali tak menerima alasanku. Aku yang dua bulan ini tak penah membawa handphone harus menerima kenyataan di hari yang tak menyenangkan itu.
Akhir pekan tanpa handphone memang sangat membosankan namun aku masih punya laptop di lokerku. Gadget ini cukup membantuku menghilangkan trauma hari jum’at. Menyalakan lagu sambil mengetik menjadi keasyikan tersendiri buatku. Tinggal empat orang yang tersisa di kamarku yaitu Aku, Aswin, Januar dan Tryan. Malam itu kami bersama sama menonton pertandingan Liga Inggris antar Totenham Hotspurs melawan Aston Villa yang berlangsung cukup ketat. Skor berakhir 2-1 yang dimenangkan oleh Totenham.
Setelah menonton kami kembali ke kamar untuk tidur. Waktu menunjukan pukul 23.40 dan seperti biasa sebelum tidur aku melakukan ritual gosok gigi dan cuci muka. Ketika kembali ke kamar lampu telah dimatikan oleh Aswin dan tampak dalam kegelapan, tubuh kawan kawanku telah tergeletak lemas. Aku masuk pelan pelan menuju lokerku untuk meletakkan alat mandi yang aku kemas dalam sebuah gayung biru berbentuk hati. Aku memang sudah biasa menjadi yang terakhir untuk tidur baik itu saat akhir pekan maupun hari biasa.
Sebelah lokerku adalah tempat tidur sobat karibku Anggono yang siang tadi keluar untuk menonton pensi. Tepat di antara lokerku dan kasur Anggono terdapat sebuah jendela yang cukup lebar. Aku melangkahkan kakiku ke arah jendela dan memandangi pemandangan sekeliling asrama yang sepi. Kemudian aku menengok ke arah atas dan ‘subhanallah’, sambil berdecak kagum aku pandangi langit malam cerah yang dihiasi bintang bintang di malam itu. Aku terdiam sejenak dan bertanya pada diriku sendiri ‘Aku belum pernah melihat pemandangan bintang bintang yang indah pada malam hari dari kamarku’. Malam itu aku memutuskan untuk tidur di kasur Anggono.
Aku ambil bantal dan selimutku kemudian membereskan barang barang yang ada di kasur anggono. Aku berbaring sambil menatap langit yang terlihat amat indah sambil merenung. Ku renungi semua orang orang yang bisa ku ingat malam itu. Membayangkan akan seorang gadis, teman yang tak lagi dekat dan tentu saja teman teman sekelasku yang sebentar lagi berpisah setelah kelulusan. Aku sadar bahwa hidup ini berjalan begitu cepat dan kehidupan SMA ku akan segera menjadi kenangan yang terbungkus dalam sebuah year book.
Tak bisa kuingat kapan namun di tengah tengah lamunanku aku tertidur pulas sampai pada pukul 04.50 seorang pembina membangunkanku untuk sholat subuh. Aku bangun dan kemudian ikut membangunkan teman teman lain yang masih tidur. Setelah subuh aku bereskan kasur Anggono kemudian tidur kembali di kasur kesayanganku. Malam itu aku telah menemukan tempat yang sangat cocok untuk merenung di akhir pekan. Thanks ya Gon pinjaman kasurnya!
Minggu, 03 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar