Posting ini ditulis
setelah tersentuh hati oleh sebuah film yang berjudul “Tanah Surga Katanya”.
Film ini berkisahkan tentang kehidupan masyarakat Indonesia di perbatasan
Malaysia. Tentang bagaimana susahnya hidup seribuan kilometer dari ibu kota
Jakarta, tentang bagaimana tidak ratanya pembangunan di Indonesia. Selama sembilan
puluh menit penonton dihidangkan kritikan-kritikan lembut berupa gambar
bergerak, kepada siapa saja di Indonesia yang telah menikmati kecukupan.
Bersama kritikan tersebut sang sutradara tak lupa mengingatkan para penonton
akan rasa memiliki Indonesia. Isu keindahan Indonesia yang biasanya diangkat
untuk menggugah hati penonton diolah dengan cara yang berbeda. Karena memang
sebagaimanapun kaya dan indah Indonesia, kita masih tertinggal dari bangsa
bangsa lain. Oleh karena itu mengingatkan para pemuda akan kekayaan dan
keindahana Indonesia saja tidak cukup. Para pemuda harus disinggung dan
dikritik agar akhirnya bergerak.
Saya
masih berada di tanah perantauan, di Turki atau sembilan ribu kilometer barat
laut Indonesia untuk tepatnya. Memang kata merantau saat ini tidak membawa
makna yang sebenarnya. Merantau lebih identik dengan hidup susah di tanah
seberang. Merantau adalah mengadu nasib di negeri orang dengan modal seadanya. Sedangkan
saya, saya masih dapat menikmati hangat pemanas dan mewahnya kopi di musim
dingin. Atau roti segar pengganti nasi yang masih sukar dicari bagi saudara
sendiri di tanah air. Jadi turunkanlah harga kata merantau itu di tulisan ini.
Selama
kurang lebih tujuh belas bulan saya telah berpisah secara fisik dengan
Indonesia. Meskipun berita berita nasional masih terus dapat diikuti, dan makanan makanan khas nusantara masih saja
bisa ditemui, kerinduan seorang dari rumahnya tetap terasa kuat. Ketika rindu
tiba obat-obatnya seperti lagu-lagu dan foto-foto masa SMA tidak cukup menawar
candu akan menghirup udara lembab iklim nusantara. Kala sakau itu ada diri ini
semakin menghargai akan indahnya hidup di Indonesia. Entah itu hal buruk seperti
macet dan gundukan sampah atau hal indah seperti pamandangan Gunung Slamet dan
sekitarnya, semua sama menjadi objek rindu perantau murah ini.
Bukanlah
berarti pelajar di luar negeri hanya belajar dan merindu. Kepekaan kami akan
kewajiban membangun negeri terbangun lebih di tanah orang ini. Secara pribadi
timbul keinginan lebih serius untuk beraksi untuk negeri sendiri. Apalagi jika
bertemu orang setempat atau pun warga asing yang kebetulan tinggal di sini. Banyak
dari mereka yang selalu mengidentifikasi Indonesia sebagai Negara sangat
miskin. Ditambah lagi media setempat yang beberapa kali menggambarkan si miskin
dari timur dengan cara yang cukup dramatis. Kata-kata mereka benar menampar dan
menyadarkan. Kita sebagai pemuda entah belajar di bidang mana pun harus
bergerak setelah selesai menempuh pendidikan nanti atau bahka dari sekarang.
Jangan cuma bermimpi berdomisili di Jawa atau malah berkeinginan pindah ke
Jawa.
Dari
film ini saya mengambil sebuah kutipan. “Wilayah Indonesia itu kan luas sekali
ya, kamu gak cukup satu hari pake perahu untuk bisa ngelilingi Indonesia. Jadi
butuh waktu lama, butuh kerja keras supaya bisa mengolah alam ini semuanya,
supaya semua rakyatnya sejahtera” kata Dokter Intel kepada Salman. Memang betul
sebagaimana pun kita diberitahu bahwa tanah Indonesia itu subur dan amat sangat
kaya dengan sumber daya alam. Namun semua akan percuma jika tidak ada dari kita
yang mengolahnya. Yang ingin Indonesia agar menjadi bangsa yang lebih baik itu
bukan saya sendiri atau pun sekedar para pelajar Indonesia yang ada di luar
negeri. Saya yakin ada ratusan ribu pemuda di Indonesia yang ingin hal serupa.
Sudah banyak dari mereka yang bertemu dan merealisakan aksi. Ada juga mereka
yang masih berkutat dalam perumusan ide menunggu pengeksekusi gagasan gagasan
mereka. Jadi di manakah diri anda?
saya juga jadi teringat film dokumenter "cerita dari tapal batas" yang menggambarkan Indonesia yang belum berhasil meratakan kemakmuran untuk warganya. bersama kita bisa mewujudkannya :D
BalasHapusMantap nih, jangan hilang link alumni semesta ne :)
BalasHapusFilm yang sangat amazing Tanah Surga Katanya...
BalasHapusRamalan Zodiak Sagitarius