Minggu, 19 September 2010



Pada suatu malam di SMA Semesta, seperti malam malam biasanya. Para siswa belajar bersama di kelas. Namun pada malam itu para siswa kelas 11 a menggunakan waktu belajar itu untuk membahas camping akhir tahun yang rencananya akan berlangsung dari tanggal 29 Mei hingga 3 Juni. Tujuan camping kali ini ke Jawa Timur. Ini adalah camping terakhir mereka karena tahun depan mereka sudah kelas duabelas dan tidak mungkin lagi untuk mengadakan camping. Oleh karena itu mereka menyiapkan camping kali ini dengan mantap.



Di tengah keantusiasan diskusi rapat, tiba tiba sesosok manusia berbadan nanggung dengan rambut pendek muncul dari pintu utama kelas. Dia berjalan masuk ke ruangan dengan terpincang pincang, maklumlah dia baru saja menjalani operasi mata ikan. “Hey tua, sudah tahu belum kita camping ke mana?” bentak Dena. “Tahu, ke Jatim kan? Namaku Hariyanto bukan Tua!” Jawabnya. “Kamu memeang terlihat tua Hari, lihat kumismu, gaya bicaramu juga sangat formal!” kata Dena. Hariyanto tidak menjawab, dia melanjutkan langkahnya yang tertatih tatih menuju bangku favoritnya di pojok depan ruang kelas. “Oke kita lanjutkan rapatnya” seru Dena.

Dalam rapat itu Hariyanto sama sekali tidak peduli, jangankan sekedar bertanya malihat papan tulispun tidak. Dia malah sibuk dengan Prnya sendiri. Hariyanto memang tidak begitu dekat dengan teman sekelasnya, dia sangat sering izin untuk alasan olimpiade. Teman-teman sekelasnya bahkan menjulukinya ‘rak kanggo’ yang artinya tidak terpakai. Walaupun begitu Hariyanto tidak ambil pusing. Dia tetap betah berada di kelas.
Hari hari pun berlalu, tanpa terasa camping yang telah direncanakan jauh jauh hari itu tinggal 2 hari lagi. Para siswa kelas 11a sibuk mempersiapkan perbekalan mulai dari pakaian, uang saku, kompas, camera dan perlengkapan lainnya. Di saat semua bersiap siap, Hariyanto malah bersantai santai. Dia tidur di saat yang lain sibuk mengemas koper. “Hari, kamu ko santai banget? Camping udah tinggal 2 hari lagi lo!” tanya Waskita. “Gampang Was, masih ada hari besok. Aku cuma bawa pakaian doang ga ada yang aneh aneh ko” jawab Hariyanto. “Inget ini camping terakhir, entar kamu nyesel lo kalo ga nyiapain baik baik” tekan Waskita. “Iya iya entar aku siapin, nyante aja la” jawab Hariyanto. Camping kali ini memang cukup memakan dana sekitar 1,3 juta rupiah atau 500 ribu lebih banyak dari tahun kemarin. Angka ini memang masih jauh kalau dibandingkan dengan kelas 11 c yang tahun ini camping ke Turki tapi ini merupakan camping termahal anak anak 11a.

Pada tanggal 29 Mei pagi hari bus kelas 11a bertolak dari Semesta. Bus yang mereka sewa bukanlah bus yang besar, karena jumlah siswanya hanya 23 anak bus yang mereka sewa adalah bus berukuran nanggung. Tujuan pertama mereka adalah Malang. Semua terlihat begitu antusias di dalam bus, ada yang bernyanyi nyanyi diiringi petikan gitar, ada yang sibuk foto foto, beberapa yang membawa handycam merekam pemandangan dan adapula yang sibuk main handphone. Seperti biasa di saat semua sangat antusias Hariyanto malah tidur di kursi paling belakang bus. “Eh Waskita lagi sms siapa si, sibuk banget?” tanya Saputra. “Ga sms ko, ini lo lagi update status facebook tapi gagal gagal terus, eh coba kamu liat belakang kita. Si Hariyanto ko tidur ya?” tanya Waskita. “Eh iya ya, aneh tu orang, yang lain seneng seneng eh dia malah tidur, Untung Dena duduk di depan kalau dia sampai tahu pasti uda di bentak bentak tu si Hariyanto” jawab Saputra.

Akhirnya mereka sampai di Malang setelah sekitar 8 jam perjalanan dari Semarang. Mereka langsung menuju ke Taman safari. Meskipun sedikit lelah para siswa sangat antusias untuk melihat hewan liar secara langsung. Semua langsung pasang kamera baik kamera asli ataupun dari handphone dan berdiri di samping jendela masing masing kecuali Hariyanto. Dia hanya melirik sedikit keluar jendela. Bus 11a kemudian berhenti sejenak di tempat para rusa, semua siswa turun dengan dibimbing oleh beberapa pemandu. “Ingat adek adek jangan pergi jauh jauh karena itu berbahaya” salah satu pemandu mengingatkan”. Hariyanto yang tidak begitu antusias ikut turun, tak lama kemudian seekor rusa datang menghampirinya. “Halo Hari, kenapa kamu loyo?” tanya rusa. Hariyanto sungguh terkejut, dia berkali kali mengusap matanya seraya bertanya dalam hati “rusa macam apa ini, aku pasti bermimpi, tidak mugkin!”. Dia mencoba melangkah menjauh dari rusa itu namun rusa itu selau mengikuti. Hariyanto kemudian mengumulkan segenap keberaniannya untuk bicara dengan rusa itu. “Siapa kamu?bagaimana kau bisa bicara?” tanya Hariyanto teragap gagap. “jangan tebangi pohon yang ada di hutan, kami tidak punya tempat tinggal lagi” jawab rusa. “ Lalu apa yang harus aku lakukan?” tanya Hariyanto. Rusa itu tidak menjawab dan kemudian pergi. Hariyanto mencoba memanggil namun rusa itu tak kunjung menjawab sampai akhirnya hilang di antara semak semak. Hariyanto sungguh terkejut dengan peristiwa itu, dia tidak habis pikir bagaimana seekor rusa dapat berbicara. Dia ingin sekali bercerita kepada teman temannya namun dia takut tidak akan ada yang percaya. Hariyanto memutuskan untuk menyimpannya sendiri. Malam itu mereka bermalam di salah satu penginapan di Malang.

Esok harinya mereka melanjutkan perjalanan mereka ke Lamongan. Sesampainya di Lamongan, mereka langsung mengunjungi WBL (Wisata Bahari Lamongan). Di sana semuanya turun dan bermain di pantai. Beberapa dari mereka bahkan berenag sampai ke tengah lautan. Saat itu Hariyanto idak ikut bermain main, dia hanya duduk di tepi pantai sambil membaca majalah teknologi favoritnya. Ketika sedang asyik membaca tiba tiba Hariyanto melihat beberapa temannya memanggilnya. Hariyanto kaget karena tidak biasanya dia di panggil, dia juga kaget karena mereka memakai pakaian yang aneh, mereka berdandan seperti orang arab. “Hey Hariyanto ayo bantu kita, ini banyak sekali sampah berceceran” pinta salah satu dari gerombolan tadi. “Sampah? Tumben sekali kalian bicara sampah?” tanya Hariyanto. Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab, Hariyanto kemudian ikut memungut sampah sambil bertanya dalam hatinya sebenarnya ada apa dengan teman temannya yang tiba tiba memunguti sampah ini.

Setelah lelah memungut Hariyanto pun berhenti. Dia kembali ke bus untuk melanjutkan berjalanan. Mereka berencana untuk bermalam di lamongan sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Malang. “Eh Waskita, tadi kamu Saputra dan Purnomo ada kegiatan apa si di pantai pake ngambil ngambilin sampah?oya tadi aku dapat lumayan banyak lo sampahnya.” Terang Hari. “Sampah?sampah apaan Hari?perasaan tadi kita main main air di pantai ga ada tu buang buang sampah” jawab Purnomo. “Lho tapi kan kalian yang ngajak aku, waktu itu juga kalian berpakaian aneh seperti orang arab” tanya Hariyanto penasaran. “Hari, makannya camping tu main sama kita kita, have fun, jangan tidur melulu, mbayangin yang aneh aneh kan jadinya?” saut Saputra. Hari sungguh bingung, dia tidak percaya bahwa yang mengajaknya tadi bukanlah temannya. “Aneh, tapi yang aku lihat wajah mereka, tapi kenapa mereka tidak merasa?” gumam Hari dalam hati.

Sudah 2 kali Hari mengalami kejadian aneh. Pertama ketika dia bertemu dengan rusa berbicara kemudian kemarin saat berkunjung ke Lamongan. Sekarang Rombongan bus sudah berada di kawasan gunung Bromo. Bromo memang telah menjadi tempat impian untuk camping oleh anak 11a sejak mereka masih kelas 10. Mereka ingin sekali melihat sunrise dari puncak gunung itu. Jam 3 dini hari rombongan kelas 11a berangkat dari villa yang mereka inap. Sadewa dan Arif tidak bisa ikut karena mereka kecapean, Mereka tidak mau ambil resiko pingsan di puncak nanti. Rombongan 11a berjalan kaki menuju tempat persewaan jeep, dari situ mereka akan menempuh jarak sekitar 1 jam ke puncak. Puncak gunung Bromo sangat ramai, banyak turis baik dari dalam maupun luar negeri yang menunggu datangnya fajar. Meskipun banyak orang suasana di puncak tidak seramai jumlah orang yang ada, kebanyakan dari mereka kedinginan sampai tak bersuara. Hari kali ini tidak semalas biasanya dia ikut dalam rombongan mendaki. Setelah fajar tiba para siswa 11a bersantai di puncak hingga jam 9 pagi banayk dari mereka yang berfoto foto dan ada juga yang berjalan keliling menjelajahi alam bromo. Hari ikut rombongan fotografer, ketika dia sedang mengambil gamabar kawah di puncak tiba tiba dia melihat 2 sosok memakai kostum wayang sedang menari nari. Hari penasaran dan kemudian mendekati. Dia memerhatikan gerakan tari dua sosok tersebut semakin lama gerak mereka seperti berkelahi. Perkelahian mereka sungguh enak dilihat, setiap gerakan seperti sudah ada skenarionya. Ketika jarak Hariyanto hanya sekitar 30 meter dia menyusup dalam semak semak. “Sepertinya aku kenal 2 orang itu, itu kan Sadewa sama Arif. Apa yang mereka lakukan di sini?” bisik Hari sambil mengambil foto. Hariyanto semakin penasaran sampai akhirnya dia nekat menampakan dirinya seraya berkata “Hey Sadewa Arif kalian ngapain pake kostum gitu gituan? Latian drama? Gila kalian ya, latian di Bromo”. Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab, mereka melanjutkan perkelahian mereka.

Hariyanto kemudian berkumpul kembali bersama rombongan untuk kembali ke villa. Dalam perjalanan kembali ke villa Hariyanto mencoba mencari Sadewa dan Arif yang tadi ia temui. “Dena, Sadewa sama Arif ke mana ya?” tanya Hariyanto. “Sadewa?Arif? mereka kan sakit di villa” jawab Dena. “Manamungkin? Tadi aku lihat mereka di puncak pake baju wayang” saut Hari. “Heh tua kamu tu gila atau gemana si? Jelas jelas mereka di villa, mereka izin sama aku sebelum kita berangkat ke puncak!” bentak Dena. “ Tapi tadi aku benar benar melihat mereka, kalau tidak percaya aku punya fotonya!” tegas Hari. Hari kemudian menunjukan foto fotonya namun tidak ada satupun foto yang menunjukan keberadaan Sadewa dan Arif. Meskipun sudah diputar berulang ulang tetap saja foto yan ada di kameranya hanyalah foto pemandangan. “Maumu apa si tua! Mau nipu kita? Kamu kira kita bodoh ya?” bentak Dena dengan tatapan sinis. “Sudah sudah, ga usah ribut lagi” Lazuardi mencoba melerai. Lagi lagi keadian aneh menimpa Hari, dia heran dengan foto foto yang tiba tiba hilang. Setelah sampai di vila dia menemui Sadewa dan Arif yang memang sedang sakit. Hari mencoba bertanya langung dengan mereka tapi tak ada satupun dari mereka yang mengaku berada di puncak pagi tadi. “ ada apa dengann diriku ini, siapa sebenarnya yann aku temui?” Hari tidak bisa tidur memikirkan kejadian di puncak tadi, dia masi ingat betul bahwa yang berkelahi tadi adalah Sadewa dan Arif.

Keesokan harinya rombongan melanjutkan perjalanan ke Surabaya yang merupakan tujuan akhir camping kali ini. Setelah itu mereka akan kembali lagi ke Semarang. Saat itu mereka sedang berhenti di Gelora 10 nopember untuk beristirahat setelah mengelilingi kota Surabaya. Rombongan tidak memasuki stadion, mereka hanya berhenti di halaman depan stadion. Sambil istirahat ada beberapa yang pergi makan dan ada pula yang tidur di bus karena kecapean. Hariyanto masih terbayang bayang oleh tiga peristiwa aneh selama camping, dia mencoba menenangkan diri di bawah salah satu pohon besar di halaman stadion. “Masa si aku gila?membayangkan yang aneh aneh” katanya dalam hati. Dari kejauhan terlihat ada beberapa orang yang sedang bermain futsal di belakang stadion. Hariyanto mengenal beberapa suara teriakan yang dia rasa adalah teman teman kelasnya. “Wah lagi pada main futsal ni, dari pada stress mikirin kejadian kejadian aneh kemarin mending aku ikut”.

Benar yang Hariyanto duga beberapa temannya sedany bermain futsal. Mereka menggunakan tas mereka sebagai gawang. “Aku ikut ya, tim mana?” tanya Hariyanto. “Kamu timnya Dena saja” jawab Lazuardi. Tanpa basa basi Hari langsung masuk lapangan dan ikut bermain. Mereka bermain selama kurang lebih setengah jam. Setelah lelah merekapun berhenti, Hariyanto yang saat itu ingin buang air bergegas ke kamar mandi. Tak lama kemudian dia kembali ke tempat futsal tadi, tetapi tak ada seorangpun yang ada di sana. “Mereka pasti suda kembali ke bus” kata Hari. Hari langsung bergegas ke tempat bus parkir, dia takut kalau sampai ketinggalan. “Hari, habis ngapain keringetan begitu?” tanya Lazuardi. “Kan kita habis main futsal” jawab Hariyanto. “Futsal? Daritadi kan kita makan di warung sana itu lo. Terus yag lain tidur di bus, futsal sama siapa?” tanya Lazuardi heran. “Kalian kan main futsal di belakang” terang Hari. “Hari kamu kenapa si dari kemaren?, pikiranmu tu aneh aneh. Kemaren lihat Sadewa Arif sekarang lihat kita futsalan.”Lazuardi bertanya. “Oh maaf tadi aku mimpi kali ya” jawab Hari. Kali ini Hari benar benar menyembunyikannya. Iya tahu betapapun iya bercerita tidak akan ada yang percaya.

Hariyanto sangat terkesan dengan campingnya yang sangat heboh. Di hari pertamanya dia bertemu rusa berbicara, kemudian teman teman berbaju arab yag memungut sampah, setelah itu bertarungan Sadewa Arif di puncak Bromo dan yang paling Hariyanto tidak percaya adalah ketika bermain futsal di Gelora 10 nopember. Dalam perjalanan pulang tiba tiba Hariyanto meminjam mic yang dipegang Dena. “Teman teman terimakasih atas camping yang sangat mengesankan ini, saya tidak akan melupakannya” kata Hari. Teman teman sekelasnya kemudian bertepuk tangan, mereka tidak mengira seorang ‘rak kanggo’ seperti Hariyanto akan mengeluarkan kata kata seperti itu setelah camping. Selama perjalanan pulang Hariyanto hanya duduk di pojok belakang bus dan tak berbicara banyak. Sementara itu di depan bus teman temannya masi heran dengan cerita cerita Hari sejak hari pertama camping. Mereka mulai menganggap Hari agak gila. Mereka tak lagi menjulukinya ‘rak kanggo’. Sekarang Hari punya julukan baru ‘AUTIS’. Namun dibalik itu Hari akhirnya mendapatkan suatu yang berkesan. Dia tidak terlalu ambil puising soal predikat ‘AUTIS’nya.


TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar