Senin, 15 November 2021

Aku memandangi lautan bersama segenap kenangan tentangmu sahabat.
Betapa besar samudra ini, begitu berisik penuh riuh ombak. 

Garis horison hanyalah keterbatasan indera manusia memandang. 
Luasnya laut di depanku masih terhampar ribuan kilometer melampaui garis semu itu. Tak berujung, saling tersambung ke seluruh penjuru dunia.

Betapa tak berdaya manusia di hadapan lautan. 
Betapa kecil kehidupan kita di hadapan dunia ini. 
Bahkan batuan di tepi pantai lebih banyak meninggalkan jejak daripada kita, karena telah bertahan dihempas ombak jutaan tahun lamanya.

Manusia lahir dan meninggal tanpa banyak meninggalkan jejak. 
Kita hanya mampir 60 atau 70 tahun saja di dunia, lalu kembali ke liang lahat menjadi setumpuk tanah. 

Hanya piramida dan beberapa runtuhan peradaban kuno yg sanggup bertahan. 
Itu pun hanya dalam hitungan ribuan tahun. Sisanya lenyap dimakan zaman. 
Hilang ditelan alam.

Karena manusia mengerti bahwa mustahil untuk bisa bersaing dengan ketangguhan alam, nenek moyang kita mengajarkan kita untuk berkisah. 
Kita selalu mendengar kisah nabi Adam dan Nuh namun peninggalan tertua manusia hanya sebatas bangunan Piramida dan runtuhan desa catalhoyuk.

Maka dari itu, izinkanlah aku mengabadikanmu dalam kisah ini. Supaya kenangan tentangmu tetap diingat. 

Sahabatku yang telah pergi masih ingatkah pengalaman kita di depan lautan lima tahun lalu. 
Di tepi pantai Wediombo, takjub kepada megahnya pantai selatan pulau Jawa. 
Kita bertiga, aku, kamu dan faiq. Berkemah di pinggir pantai malam-malam. Walaupun tak sempat menyaksikan senja, pengalaman kemah itu akan selalu berkesan.

Setelah tiga jam lebih mencari lokasi kemah, kita tiba pukul 11 malam. Meski lelah obrolan malam itu harus tetap ada. Karena inti dari berkemah adalah berbagi kisah. Tak ada api unggun, hanya kompor kecil milik Faiq yg menemani malam kita. Menyantap mie rebus lalu dilanjutkan obrolan ringan. 

Betapa hangat malam itu, tiga orang sahabat berbagi keluh kesah, lalu saling tertawa akan masa masa SMA yg belum lama, kemudian bertukar asa akan masa depan. Aku yg masih melanjutkan studi, Faiq yg akan pergi ke kota baru, dan kau yg akan menikah. 

Terima kasih Lindi, karena meski hanya melalui beberapa event waktu SMA, dan empat pertemuan saat kuliah, persahabatan kita akan kekal dalam kisah-kisah yg akan kusampaikan pada anak cucu kita kelak, melalui garis keturunan kita masing masing. Sampai jumpa di lain kesempatan, semoga pertemuan berikutnya akan kekal

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar