Minggu, 19 September 2010


Terjadi perselisihan antara anggota band kelas tujuh F yang belum dinamai. Kami memang rutin berlatih setiap minggunya. Band yang digawangi Said sang vokal, Dua gitaris aku dan Ghany, Erras di keyboard, Randy sang drummer dan rio si pembetot bass adalah andalan kelas tujuh F. Kami berlatih setiap jum’at siang di studio ‘Dolan’. Studio yang terletak tak jauh dari SMP Negeri 1 purwokerto itu memang pas buat latihan kita kita. Selain harganya yang relatif murah 17.500 rupiah alatnya juga nagus dan terawat. Biasanya sebelum latihan kami menarik uang dari teman teman untuk bayar studio. Kami memang nakal, dengan alasan kurang uang kami sering memanfaatkan teman teman agar kita berlatih gratis. Busuk memang niat kami, mungkin itu yang membuat kami saling berselisih.


Waktu itu seperti biasa kam menarik uang teman teman, sumber pemasukan terbanyak biasanya dari para cewe cewe yang uang sakunya banyak banyak. Rata rata dari mereka memberikan dua ribu kepada kami. Uang yang terkumpul dari teman teman waktu itu sekitar 12.000, lumayan kami hanya tinggal menambah 5.500 rupiah untuk membayar satu jam latihan kami. Kami sampai di studio jam duabelas siang, dan harus menunggu sekitar satu jam sebelum memulai latian jam satu. Beberapa dari kami ada yang jum’atan telebih dahulu dan ada juga yang menunggu di studio. Tak semua dari kami taat beribadah waktu itu dan aku pun kadang kadang tak melaksanakan solat jum’at hanya untuk latian band.

Hari itu semua berjalan baik baik saja namun di tengah latian sering terjadi interupsi antara Ghany dan Randy. Entah itu masalah tempo atau kesalahan antara drum dan gitar. Band ini memang sudah sering ganti ganti personil sejak awal tahun ajaran terbentuk dan termasuk salah satu yang baru. Dulu aku hanya ikut main sebagai vokalis tambahan namun kemudian karena aku juga bisa main gitar, akhirnya Firdaus yang keluar dari band psisinya diganti oleh aku. Kami belum berpengalaman dan belum pernah manggung bareng denga formasi baru ini. Namun semangat band kami tak bisa dibendung sehingga setiap minggunya ki=kami harus latihan.

Setelah selesai aku Randy dan Erras jalan bersama menuju tempat kami menghadang angkot. Tiba tiba kami bertiga saling mengeluh tentang band yang tidak harmonis ini. Tiba tiba muncul gagasan untuk membuat band baru. Randy ada usulan agar Prakas atau lebih sering kita panggil Sentot karena nama Ayahnya Pak Santo masuk dalam band untuk mendampingiku main gitar. Prakas dan aku memang cukup dekat apalagi kami sering pulang bareng naik sepeda karena rumh kami kebetulan satu arah dari SMP Negeri 1 Purwokerto. Kemudian kami buth seorang bassis yang waktu itu di suslkan aerras agar Firdaus saja yang mengisi.

Kami memang nekat memutuskan ini. Berangkat dari ketidaknyamanan di dalam band kami berani beraninya memisahkan diri dari Ghany yang waktu itu merupakan penguasa angkatan. Dia disegani oleh siapapun di angkatan dan kami telah memperhitungkan resiko dimusuhi olehnya. Singkat cerita band kami pun terbentuk dan Ghany mengetahuinya. Kami bertiga keluar diam diam dengan cara tak ikut latian atayu beralasan ada acara yang penting. Mengetahui eksistensi and kami Ghany tak tinggal diam. Dia membentuk band juga bersama Reza galih sebagai gitaris dan arda di bass. Perlu diketahui teman teman bahwa Reza merupakan gitaris nomer wahid di SMP N 1 Purwokerto. Reza telah mengikuti kursus sejak kelas empat SD dan jari jemarinya sudah sangat menyatu dengan gitar.

Suasana di kelas menjadi panas apalagi kalau bandku sedang ngobrol tentang band. Kami memang merasa tidak enak namun apa daya kami sudah terlanjur besemangat dengan band baru. Prakas dan Firdau juga telah menyatakan komitmennya terhadap band. Ada satu yang kurang dari band kami yaitu nama. Sudah beberapa minggu band ini terbentuk dan kami belum memiliki nama. Ada beberapa usulan yang konyol konyol yang tak dapat ku ingat namanya. Akhirnya setelah berputar putar mencari naman kami menjuluki band kami sebagai “The Atmosfer”. Kami berikrar di depan sekolah bahwa kita akan jadi band nomer satu di SMP N 1 Purwokerto. Oya teman teman waktu itu kami belum memiliki vokalis dan akhirnya kami mengundang Basur alumni band 7 B sebagai vokalis.

Kami menemui Pak.Narto yang kebetulan waktu itu merupakan guru pembimbing ekskul band. Kami memperkenalkan diri kami dan kemudian beliau menawari job manggung di Ajibarang. Kami menyambutnya dengan antusias dan sangat giat berlath. Skill kami memang tak begitu bagus atau bisa dibilang pas pasan dalam kisaran bisa memainkan alat. Setelah berlatih beberapa minggu tiba saatnya kami manggung. Pak Narto telah sangat percaya pada kami dan yakin kami akan menghibur di Ajibarang nanti.

Ajibarang merupakan panggung pertama kami, meskipun melakukan beberapa kesalahan kami tetap puas dengan hasil kami. Band kami menjadi makin lengket saja setelah panggung itu. Kami menjelma sebagai salah satu band yang disegani di SMP N 1 Purwokerto. Kompetitor kami tentunya adalah band Ghany yang juga gencar latihan. Semenjak keluar dari band Ghany kami pindah markas ke studio nadisa yang terletak lebih jauh dari Dolan. Walaupun lebih mahal kami tak keberatan karena sang pemilik Om Johny sering memberi masukan pada kami tentang menjadi band yang bagus. Beliau banyak mengajarkan kami tentang band dan tak henti hentinya menyemangati kami gar jadi lebih baik.

Setiap jum’at kami memesan pada pukul satu. Seperti band sebelumnya, tak semua dari kami taat beribadah dan sering kali kami meninggalkan soat jum’at untuk band. Om johny tak banyak komentar soal itu karena dianggap buka urusan beliau. Nadisa sudah kami anggap seperti rumah sendiri. Setelah latihan biasanya kami merokok bersama om johny sambil ngobrol ngobrol soal musik. Ya gaya hidup kami sudah seperti musisi yang setiap saat memegang rokok di kedua jari. Om johny sering bercerita tentang band band SMA lain sebagai acuan kami. Beliau juga sering menceritakan masa mudanya sebagai musisi.

Ternyata band kami tak lepas dari masalah masalah. Basur saat itu jarang latihan dengan berbagai alasan. Kami berlima menyikapinya dengan dengan tegas dan menanyakan padanya soal komitmennya kepada band. Karena dianggap tidak serius kami memutuskan untuk mengeluarkannya. Basur menerimanya keputusan dengan lapang dada dan meang sepertinya
Pensi Ulang tahun SMP 1 tiba dan saatnya untuk rock n roll. Aku yang saat itu menjabat ketua OSIS menaruh band kami di tengah tengah acara agar ramai penonton. Curang memang namun sepertinya tak ada pengurus OSIS yang keberatan dengan permintaanku. Kami telah mengganti nama kami menjadi ‘Band-Q’ pelesetan dari bandku dan merek hape terkenal bend-q. Hari itu begitu spesial bagi kami, kami bahkan memesan 5 kaos yang sama khusus untuk manggung di hari itu.

Tiba saatnya kami naik ke atas panggung. Kami sungguh gugup naik ke atas panggung yang berhadapan langsung dengan bangunan utama SMP 1 yang berlantai tiga. Ada yang menonton dari tratag di lantai satu dan ada pula yang menonton dari koridor lantai dua dan tiga. Pada saat itu juga kami merasakan bagai manggung di sebuah stadion dengan semua penonton di tribun. Bisa diperkirakan ada sekitar 900 siswa yang menonton pensi itu dengan kalkulasi setiap angkatannya terdapat 300 siswa.
Kami memulai lagu kami yang pertama yaitu 'Loe toe ye' yang merupakan hits dari band rock papan atas Indonesia RIF. Penonton bertepuk tangan dan bersorak sorai menyambut lagu kami. Gemuruh suara penonton membuat kami kesenangan dan tampil begitu lepas tanpa ada beban. Kemudian kami membawakan lagu dari Guns n roses yang berjudul 'Sweet Child of Mine'. Randi membuka riff awal lagu dengan atraksi berdiri satu kaki di atas sound system di panggung. Tepuk tangan kembali tertuju pada kami berlima.

Hari itu begitu indah dan kami berhasil menjadi salah satu penampilan terbaik hari itu. Kami sadar bahwa kami bisa menjadi band besar. Tak satu pun dari kami yang benar benar jago di alat musik kami, kami hanya membutuhkan keseriusan dan ketekunan. Target kami berikutnya adalah festival band SMP se kota Purwokerto. Ini baru awal dari perjalanan kami sebagai anak band SMP yang siap memukau semua penonton..
BERSAMBUNG............

0 komentar:

Posting Komentar