Kamis, 21 Juli 2011


Aku masih ingat hari itu ketika semua tertawa, bersuka cita menyambut usainya Ujian Nasional. Ujian yang dibangga-banggakan oleh dinas Pendidikan. Ujian yang setiap tahunnya begitu dipersiapkan oleh pihak sekolah. Aku masih ingat betul ketika bel tanda keluar berbunyi hampir semua kawanku berteriak “Ujian selesai! Horeeee!”. Aku pun tak mau kalah meluapkan emosiku, tepat saat bel berdering aku hentakan kakiku dari bangku kelas melompat kemudian lari keluar seraya melantunkan yel “Ujian Sialan ini sudah usai!”.


Satu per satu kawan kupeluk dan kutepuk sambil kuberi selamat. Mereka pun demikian padaku. Tidak ada duka semua tampak ceria bahagia. Mereka lega meskipun tak ada yang tahu menahu tentang kepastian kelulusan. Tetapi aku tahu semua akan lulus dengan sistem Ujian Nasional yang baru. Nilai kelulusan ditentukan oleh gabungan antara nilai Ujian Nasional dan nilai dari sekolah masing masing. Semua sekolah sudah pasti mengeluarkan nilai bagus dan dengan begitu bisa dipastikan kelulusan bukan hal yang sulit untuk didapat. Apalagi sejak hari pertama dilaksanakannya Ujian Nasional, sudah beredar berbagai kunci jawaban yang dibagikan secara cuma cuma melalui SMS.

Setiap pagi tepat pukul 07.00 beberapa dari kawanku menerima SMS dari siswa SMA lain. SMS berupa jawaban plus kode soal. Mulailah kamar menjadi ribut ketika semua memfotokopi jawaban jawaban dari SMS itu. Karena hari pertama sukses maka pada hari hari berikutnya penghuni ruang belajar berkurang. Kawan kawanku butuh kelulusan dengan cara apapun. Sedangkan guru guru menginginkan siswa siswanya lulus. Maka dari itu tak heran bila kunci jawaban lancer beredar. Sekali lagi demi kelulusan dan nama baik sekolah, apapun akan dilakukan baik oleh pihak guru maupun siswa.

Aku ingin tahu siapa yang membuat sistem ini. Aku ingin memaki orang tersebut karena sistem ini teramat sangat busuk. Sistem ini hanya merusak mental para guru dan siswa. Andai saja kelulusan ditiadakan dan Ujian dilaksanakan tanpa menuntut batas kelulusan. Setiap orang punya kemampuan masing masing lalu mengapa haru disetarakan. Sistem ini sangat bertentangan dengan Pancasila sila ke lima. Tidak adil bagi mereka yang belajar karena kunci jawaban ada di mana mana. Tidak adil bagi para pencontek karena mereka tidak mendapatkan ilmu apa apa. Mereka justru terperangkap dalam ketakutan akan tidak lulus. Tidak adil bagi para guru karena mereka juga menginginkan nama baik sekolah mereka terjaga. Dasar sistem UN sialan!

Sekarang hampir semua kawanku tak lagi bersemangat belajar. Hanya sedikit yang tersisa dan itu pun karena memang kode genetika mereka sudah tercetak angka angka. Tak hanya kawanku guru-guru pun kini tak semangat mengajar, mereka dipaksa untuk menghafal tipe pertanyaan. Hentikan sistem UN sialan ini!
Categories:

1 komentar:

  1. UN kan hanya formalitas.
    kemampuan seseorang tdk bisa diukur melalui UN.
    hasil UN kan hanya sebatas angka- angka yg nantinya tertera di ijazah.

    BalasHapus