Senin, 16 September 2013


                Sekolah di SMA Semesta pasti meninggalkan kesan yang berbeda-beda pada alumnusnya. Hidup bersama dalam satu asrama membuat hubungan antar siswa di SMA Semesta lebih akrab dibandingkan milik mereka, siswa yang menempuh pendidikan di sekolah biasa. Bagaimana tidak, selama sehari semalam manusia yang ditemui oleh para siswa SMA Semesta hanyalah teman sekolah, guru-guru dan para pembina asrama. Alhasil kebiasaan-kebiasaan kecil, hingga hal seperti kepemilikan pakaian pun menjadi informasi yang dimiliki bersama.

Meski berkesan, masa-masa di Semesta tidak berlangsung selamanya. Seperti kata pepatah, di mana ada pertemuan di sana ada perpisahan. Setelah tiga tahun bersekolah, alumnus hanya bisa bertemu pada acara reuni, atau even mendadak seperti ulang tahun atau resepsi pernikahan. Alhasil setelah kelulusan, alumnus SMA Semesta praktis hanya punya sisa hari bertemu yang bisa dihitung.

Menghitung hari memang bukan hal yang lazim karena pada umumnya manusia ingin memiliki ribuan hari yang indah. Setiap perayaan ulang tahun, memiliki umur panjang menjadi doa langganan yang tak terlewatkan. Namun di balik optimisme menatap panjangnya hari esok, kita tidak bisa serta merta melupakan kenyataan bahwa hidup ini akan berakhir pada satu titik yaitu kematian. Kematian inilah yang menjadi inspirasi penulis untuk mengulas 1000 Days of Semesta.

1000 Days of Semesta adalah sebuah sudut pandang yang menawarkan alumnus untuk melihat perjalanan pertemanan di SMA Semesta secara realistis. Meski terdengar pesimistis, sudut pandang ini juga membawa serta aura positif. 1000 Days of Semesta akan mengajak kita sebagai alumnus untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa saja yang diperoleh selama berada di Semesta?  Seerat apa pertemanan yang telah terjalin? Apa yang bisa dilakukan dari sisa waktu yang ada? Dan berbagai pertanyaan lain berkaitan isu persahabatan di SMA Semesta.

Untuk memulai hitungan ada baiknya pembaca ikut menuliskan rincian hari yang akan dipaparkan dalam sebuah kertas. Penulis hanya akan mengajak pembaca pada hitungan hari-hari yang umumnya dilewati alumnus SMA Semesta. Setelah itu rincian hari yang telah di susun nanti bisa dirombak lebih lanjut untuk menjadi bahan berpikir.

“Berapakah jumlah hari yang kita punya bersama teman-teman?” akan menjadi pertanyaan utama selama mengulas 1000 Days of Semesta. Pastikan kalimat ini terpampang jelas dalam kertas hitungan anda.

1.       Masa di Semesta

Ada 365 hari dalam satu tahun. Jika kita kurangkan jumlah tersebut dengan libur akhir semester selama 6 minggu, serta beberapa minggu pada bulan puasa, plus beberapa libur nasional, kita akan bertemu dengan angka 300 hari selama setahun. Jadi secara keseluruhan seorang siswa menghabiskan 900 hari dalam hidupnya di SMA Semesta.

Jumlah 900 hari sebenarnya tidak mengherankan karena siswa-siswa di sekolah lain juga menjalani 900 hari bersama. Lalu jika demikian, apa perbedaan kita sebagai alumnus SMA Semesta dengan mereka?

Perbedaan ada pada sistem asrama yang diterapkan. Di sekolah umum, para siswa tidak benar-benar menghabiskan 24 jam bersama di sekolah. Mereka hanya bertemu sejak pagi hari hingga bel pulang berbunyi. Jika masuk sekolah kita ambil patokan pada jam 7 pagi dan pulang sekolah pukul 3 siang. Siswa di sekolah umum hanya menghabiskan 8 jam bersama. Dengan kata lain sepertiga dari waktu yang para alumnus SMA Semesta lewatkan. Yang berarti 300 hari kebersamaan dalam tiga tahun.

Tentu ada beberapa dari kita yang tidak genap tiga tahun berada di Semesta. Ada mereka yang keluar di tahun pertama, atau pergi pada tahun kedua. Namun sadarkah bahwa mereka pun memiliki waktu bersama atau jatah kebersamaan yang lebih dari siswa di sekolah umum?

Teman-teman SMA Semesta yang menghabiskan dua tahun mendapat 600 hari jatah kebersamaan, dua kali lipat dari mereka yang berada di sekolah umum. Teman-teman yang hanya setahun di Semesta bahkan mendapat jatah kebersamaan yang sama dengan mereka yang menempuh pendidikan selama tiga tahun di sekolah umum.

Dengan tinggal di asrama, tabungan hari kita menjadi jauh lebih banyak dibandingkan siswa di sekolah umum

2.       Setelah Kelulusan

Begitu banyak hari dilalui selama berada di Semesta, lalu bagaimana dengan sisa waktu yang ada setelah kelulusan? Mari kita mulai merincinya...

Sebuah angkatan biasanya akan mengadakan acara reuni selama beberapa tahun pertama pasca kelulusan. Kegiatan reuni umumnya berlangsung selama 6 hari, termasuk beberapa hari untuk kumpul-kumpul biasa. 6 hari bisa kita tetapkan sebagai waktu maksimal yang dapat dipakai satu angkatan dalam satu tahun.

Jika sebuah angkatan bisa tetap konsisten melakukan reuni dalam 12 tahun pertama setelah lulus (*lulus umur 18 tahun, 12 tahun kemudian alumnus akan berumur 30 tahun), angkatan tersebut akan bertemu pada jumlah 72 hari.

Setelah melewati usia 30 tahun, alumnus akan masuk pada fase kehidupan yang berbeda. Usia 30 hingga 60 tahun akan dipenuhi dengan kesibukan berkarir serta membina keluarga. Hal ini otomatis akan mengurangi jatah bertemu dengan teman-teman SMA. Frekuensi reuni akan berkurang dari semula tahunan menjadi dua, tiga atau bahkan lima tahunan.

Jika 2,5 tahun kita ambil sebagai titik tengah frekuensi reuni dan acara tersebut berlangsung 2 hari. Maka dalam rentan waktu 30 tahun, akan ada 24 hari lagi yang bisa kita luangkan untuk teman-teman SMA.

Jika kita tambahkan seluruh waktu reuni tadi (72 hari + 24 hari) maka sisa waktu yang kita punya setelah kelulusan adalah 96 hari. Penulis menambahkan 4 hari lagi, karena di atas usia 60 tahun, penyelenggaraan reuni dirasa cukup menyulitkan. Secara total, waktu yang kita miliki setelah lulus bisa digenapkan menjadi 100 hari.

Di sinilah proses menghitung “1000 Days of Semesta” selesai. Langkah selanjutnya ada di tangan para pembaca untuk menindak lanjuti angka-angka barusan.

Perbandingan 900 hari di semesta dengan 100 hari setelahnya mungkin mengejutkan untuk sebagian dari kita. Karena dari seribu hari yang ada, sudah 900 hari kita lewatkan. Dan besar kemungkinan 900 hari tadi terlewat begitu saja tanpa benar-benar kita resapi.

Jika dianalogikan dalam sebuah perjalanan dari pos Satpam Semesta menuju Simpang Lima di Semarang, perjalanan kita sebagai alumnus sudah sampai di Tugu Muda depan Lawang Sewu.

Lalu apa yang harus dan bisa kita lakukan di sisa kilometer yang ada sampai Simpang Lima?

Mungkin turun dari mobil mengulurkan tangan pada para pengamen?

Atau turun mengambili sampah yang ada?

Ngebut agar cepat sampai tujuan?

Berhenti sejenak untuk mengulur waktu?

Terus berjalan sambil menikmati kota?


Apapun itu kita akan sampai di Simpang Lima dalam waktu yang tak lama.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar