Aku berjalan bersama dua orang pengawal. Mereka tak
mau memberi tahu nama mereka kepadaku. Kata mereka demi urusan keamanan
kerajaan. Betapa pun aku memaksa mereka tetap tak memberi tahunya. Bahkan
ketika aku ancam pekerjaan mereka, mereka justru memilih untuk dipecat dari
pada harus membeberkan nama mereka kepadaku. Tentu segera kutarik ancaman itu.
Siapa pun pasti setuju bahwa pemecatan berdasarkan hal sepele bukanlah hal yang
bijaksana. Apalagi diriku sebagai seorang raja. Apa kata rakyatku bila benar-benar
pemecatan itu aku lakukan.
“ Selamat pagi Tuanku silahkan duduk” sapa Angin dari
dalam bale
“Selamat pagi Angin, maafkan aku, aku sungguh benar-benar
tak mengerti tenatang apa yag terjadi”
“Tiada yang perlu dimintai maaf. Tuanku sudah lima
tahun kerajaan ini berjalan tanpa kehadiran Tuan. Sudah berbagai dokter dari
berbagai Negara kami undang namun mereka tak dapat melakukan apa-apa. Dokter
dari Amerika menyerah dari Cina menyerah begitu pula dari Eropa sana. Kemudian
kami mengundang seorang tabib dan …”
“Apa yang dilakukan tabib itu?” potongku
“Ia berasal dari dalam Nusantara saja Tuanku, dari
Kalimantan Utara tepatnya. Ia melihat dalam pikiran Tuan”
“Apa yang dia lihat?” tanyaku kembali memotong
“Ia melihat Tuan menjalani mimpi yang begitu panjang.
Ia melihat Tuan menjadi seorang pemuda biasa yang tinggal entah di negeri apa.
Ia mengatakan Tuan sangat menikmati mimpi itu sampai Tuan tak bangunkan diri
selama lima tahun lama. Setelah mendengar penjelasan tabib tersebut kami
menjadi sedikit lega. Oleh karena itu kami memutuskan untuk membiarkan Tuan
bermimpi”
“Aku tak percaya, bagaimana dengan badanku yang kotor
dan kewajibanku ke kamar mandi? Mana mungkin aku di kamar itu selama lima tahun
tanpa membuka mata?” tanyaku semakin penasaran
“Tuanku kami meminta maaf karena selama ini kami
menempatkan tuan jauh di atas menara sana” katanya sambil menunjuk.
Mataku mengikuti jarinya menuju istana. Alangkah
indahnya rumahku, dua menara menjulang tinggi ke angkasa. Pada atapnya terdapat
jendela kecil di mana terlihat pengawal-pengawal siaga memantau keadaan
“Kami menempatkan Tuan di menara utara lengkap dengan
berbagai penjagaan. Meskipun tertidur, di sana Tuan kami suapi dan kami
bersihkan setiap hari. Barulah dua hari yang lalu ketika Tuan menunjukan tanda-tanda
akan bangun kami pindahkan Tuan kembali ke kamar”
“Begitukah? Lalu bagaimana keluargaku? Mana istriku?
Mana anakku? Mana Ayah Ibuku?”
“Tuanku, Orang tua Tuan menunggu bersama Istri dan
anak Tuan di Jawa Tengah sana” jawab Angin menundukan kepalanya seolah enggan
menjawab pertanyaan itu.
“Bisakah aku bertemu dengan mereka sekarang?”
“Tuanku dengan penuh rasa hormat dan maaf kami tidak
bisa mengabulkan permintaan itu. Tuanku harus berada di sini demi kepentingan
kerajaan. Kunjungan terhadap keluarga akan beresiko bagi keamanan Tuan”
Aku semakin bingung dengan keadaanku sekarang.
Rasanya rumit sekali hidupku. Pada saat itu juga aku gosokkan kedua mataku
berharap mimpi ini segera berakhir. Aku sudah terlalu dalam mejiwai peran ini.
Aku ingin segera bangun dan kembali pada tempat tidurku. Menjalani hidup
wajarku sebagai seorang pelajar.
Gosokkanku telah sampai pada angka ke enam belas dan
belum juga mataku terbuka. Mataku sudah tak tahan jika digosok lagi. Diriku
masih di sana , di dalam bale itu bersama Angin yang sedari tadi masih sibuk
merabah-rabah kertas. Entah apa kertas itu yang jelas terdapat berbagai daftar
di dalamnya. Ia lalu menyodorkan daftar itu kepadaku.
“Silahkan Tuan, ini jadwal hari ini dan lima hari ke
depan”
“Tunggu dulu Angin, aku baru saja bangun dari tidur
panjangku selama lima tahun. Mengapa aku harus menjalani semua aktifitas ini?”
tanyaku
“Tuanku, situasi kerajaan dan dunia sedang sangat
genting. Kami tak sanggup menunda lagi” jawabnya ketakutan
“Kapan aku bisa bertemu keluargaku?”
“Kami tidak bisa menjanjikan itu Tuanku. Jika tiba
waktunya kami pasti akan segera beritahu Tuan” jawabnya dengan nada kecewa
Jadwal hari ini begitu padat menanti. Semakin kubaca
semakin takut sendiri. Hari ini aku akan mengunjungi ibu kota untuk memberi
suara. Kemudian menuju Negara Samoa untuk menghadiri sebuah pertemuan antar
Negara. Beginilah jadwal padatku tertulis.
Yang Agung
Tuanku Raja Nusantara
Berikut adalah jadwal Tuanku hari ini 16
Desember 2016
10.00 WNB Berangkat menuju Jakarta
11.45 WNB Bertemu Jendral Badai dan Wali Kota
12.00 WNB Memberi orasi di depan masyarakat Nusantara
12.30 WNB Istirahat makan siang dan sholat
13.00 WNB Wawancara
TV Nusantara
13.25 WNB Berangkat menuju Samoa
19.45 WNB Istirahat
20.15 WNB Persiapan konferensi antar Negara
20.30 WNB Konferensi antar Negara
02.00 WNB Kembali ke Nusantara
Jika terdapat
keluhan atau ketidak cocokan kami memohon maaf yang sebesar besarnya karena
jadwal tersebut akan sangat sulit jika diubah.
Hormat kami Tim
Nusantara
“Angin kau yakin akan jadwal ini? Ini begitu padat.
Bagaimana pula kita bisa ke Samoa dalam waktu kurang dari sebelas jam?”
“Tuanku pertemuan antar negara ini sebenarnya telah
direncanakan tiga tahun yang lalu namun Jenderal Badai telah meminta kepada
perwakilan Negara lain untuk menunggu kesadaran Tuan. Mereka sepakat untuk
segera mengadakan pertemuan tepat di hari kesadaran Tuan. Pesawat Gatot Kaca
Nusantara sanggup menempuh jarak itu dalam waktu enam jam Tuanku” jawabnya
meyakinkanku
“Kenapa harus di Samoa? Tidak adakah Negara lain?”
“Tuanku semua Negara menginginkan keadaan yang aman
dan mereka semua berpikir bahwa pertemuan di tengah Samudra Pasifik akan
mengurangi resiko adanya pemberontakan dari Negara tertentu” jawan Angin lagi
“Angin siapkan rencana kedua karena aku pikir di
Samoa sesuatu bisa terjadi. Amerika mempunyai armada perang yang menakutkan di
sepanjang garis pemisah tanggal. Dua kapal induk mereka berpatroli di sana
setahuku. Satu kapal mereka punya kapasitas untuk menghancurkan Nusantara”
jawabku resah
Angin tersenyum mendengar kata kataku, dia sama
sekali tak menunjukan rasa khawatir ayng senada dengan nada suaraku.
“Tuanku, kedua kapal induk mereka telah hancur tiga
tahun yang lalu. Ada gempa dahsyat yag terjadi di tengah Samudra sana yang
menimbulkan tsunami besar. Di saat itu Cina tak menyia-nyiakan kesempatan dan berani
menyerang mereka. Tak hanya itu Tuan. Amerika begitu banyak mengalami musibah. Dunia
ini bukan milik Amerika seorang saja hari ini”
Begitu banyak peristiwa yang aku lewati. Aku semakin
tidak yakin dengan status kerajaanku. Mana mungkin aku bisa mengikuti pertemuan
antar Negara sedangkan aku tak menyaksikan sama sekali apa yang terjadi lima tahun
belakang ini.
“Angin bagaimana mungkin aku mengikuti pertemuan
antar Negara sedangkan aku tak tahu menahu keadaan dunia ini?”
“Tuanku, Tuan akan pergi bersama Jenderal Badai.
Beliau akan membantu Tuanku dalam berbicara” Angin berkata sambil member sebuah
gulungan kertas coklat
“ Ini adalah beberapa peristiwa yang telah saya
rangkum. Saya yakin Tuanku sanggup memahami dalam waktu singkat”
Bersambung.........
0 komentar:
Posting Komentar