Minggu, 18 Desember 2011



Aku berjalan bersama dua orang pengawal. Mereka tak mau memberi tahu nama mereka kepadaku. Kata mereka demi urusan keamanan kerajaan. Betapa pun aku memaksa mereka tetap tak memberi tahunya. Bahkan ketika aku ancam pekerjaan mereka, mereka justru memilih untuk dipecat dari pada harus membeberkan nama mereka kepadaku. Tentu segera kutarik ancaman itu. Siapa pun pasti setuju bahwa pemecatan berdasarkan hal sepele bukanlah hal yang bijaksana. Apalagi diriku sebagai seorang raja. Apa kata rakyatku bila benar-benar pemecatan itu aku lakukan.

“ Selamat pagi Tuanku silahkan duduk” sapa Angin dari dalam bale


“Selamat pagi Angin, maafkan aku, aku sungguh benar-benar tak mengerti tenatang apa yag terjadi”

“Tiada yang perlu dimintai maaf. Tuanku sudah lima tahun kerajaan ini berjalan tanpa kehadiran Tuan. Sudah berbagai dokter dari berbagai Negara kami undang namun mereka tak dapat melakukan apa-apa. Dokter dari Amerika menyerah dari Cina menyerah begitu pula dari Eropa sana. Kemudian kami mengundang seorang tabib dan …”

“Apa yang dilakukan tabib itu?” potongku

“Ia berasal dari dalam Nusantara saja Tuanku, dari Kalimantan Utara tepatnya. Ia melihat dalam pikiran Tuan”

“Apa yang dia lihat?” tanyaku kembali memotong

“Ia melihat Tuan menjalani mimpi yang begitu panjang. Ia melihat Tuan menjadi seorang pemuda biasa yang tinggal entah di negeri apa. Ia mengatakan Tuan sangat menikmati mimpi itu sampai Tuan tak bangunkan diri selama lima tahun lama. Setelah mendengar penjelasan tabib tersebut kami menjadi sedikit lega. Oleh karena itu kami memutuskan untuk membiarkan Tuan bermimpi”

“Aku tak percaya, bagaimana dengan badanku yang kotor dan kewajibanku ke kamar mandi? Mana mungkin aku di kamar itu selama lima tahun tanpa membuka mata?” tanyaku semakin penasaran
“Tuanku kami meminta maaf karena selama ini kami menempatkan tuan jauh di atas menara sana” katanya sambil menunjuk.

Mataku mengikuti jarinya menuju istana. Alangkah indahnya rumahku, dua menara menjulang tinggi ke angkasa. Pada atapnya terdapat jendela kecil di mana terlihat pengawal-pengawal siaga memantau keadaan

“Kami menempatkan Tuan di menara utara lengkap dengan berbagai penjagaan. Meskipun tertidur, di sana Tuan kami suapi dan kami bersihkan setiap hari. Barulah dua hari yang lalu ketika Tuan menunjukan tanda-tanda akan bangun kami pindahkan Tuan kembali ke kamar”

“Begitukah? Lalu bagaimana keluargaku? Mana istriku? Mana anakku? Mana Ayah Ibuku?”

“Tuanku, Orang tua Tuan menunggu bersama Istri dan anak Tuan di Jawa Tengah sana” jawab Angin menundukan kepalanya seolah enggan menjawab pertanyaan itu.

“Bisakah aku bertemu dengan mereka sekarang?”

“Tuanku dengan penuh rasa hormat dan maaf kami tidak bisa mengabulkan permintaan itu. Tuanku harus berada di sini demi kepentingan kerajaan. Kunjungan terhadap keluarga akan beresiko bagi keamanan Tuan”

Aku semakin bingung dengan keadaanku sekarang. Rasanya rumit sekali hidupku. Pada saat itu juga aku gosokkan kedua mataku berharap mimpi ini segera berakhir. Aku sudah terlalu dalam mejiwai peran ini. Aku ingin segera bangun dan kembali pada tempat tidurku. Menjalani hidup wajarku sebagai seorang pelajar.

Gosokkanku telah sampai pada angka ke enam belas dan belum juga mataku terbuka. Mataku sudah tak tahan jika digosok lagi. Diriku masih di sana , di dalam bale itu bersama Angin yang sedari tadi masih sibuk merabah-rabah kertas. Entah apa kertas itu yang jelas terdapat berbagai daftar di dalamnya. Ia lalu menyodorkan daftar itu kepadaku.

“Silahkan Tuan, ini jadwal hari ini dan lima hari ke depan”

“Tunggu dulu Angin, aku baru saja bangun dari tidur panjangku selama lima tahun. Mengapa aku harus menjalani semua aktifitas ini?” tanyaku

“Tuanku, situasi kerajaan dan dunia sedang sangat genting. Kami tak sanggup menunda lagi” jawabnya ketakutan

“Kapan aku bisa bertemu keluargaku?”

“Kami tidak bisa menjanjikan itu Tuanku. Jika tiba waktunya kami pasti akan segera beritahu Tuan” jawabnya dengan nada kecewa

Jadwal hari ini begitu padat menanti. Semakin kubaca semakin takut sendiri. Hari ini aku akan mengunjungi ibu kota untuk memberi suara. Kemudian menuju Negara Samoa untuk menghadiri sebuah pertemuan antar Negara. Beginilah jadwal padatku tertulis.

Yang Agung Tuanku Raja Nusantara
Berikut adalah jadwal Tuanku hari ini 16 Desember 2016
10.00 WNB     Berangkat menuju Jakarta                                                  
11.45 WNB     Bertemu Jendral Badai dan Wali Kota                             
12.00 WNB     Memberi orasi di depan masyarakat Nusantara       
12.30 WNB     Istirahat makan siang dan sholat                                     
13.00 WNB     Wawancara  TV Nusantara                                                 
13.25 WNB     Berangkat menuju Samoa                                                   
19.45 WNB     Istirahat                                                                                       
20.15 WNB     Persiapan konferensi antar Negara                                 
20.30 WNB     Konferensi antar Negara                                                      
02.00 WNB     Kembali ke Nusantara                                                           
Jika terdapat keluhan atau ketidak cocokan kami memohon maaf yang sebesar besarnya karena jadwal tersebut akan sangat sulit jika diubah.
Hormat kami Tim Nusantara

“Angin kau yakin akan jadwal ini? Ini begitu padat. Bagaimana pula kita bisa ke Samoa dalam waktu kurang dari sebelas jam?”

“Tuanku pertemuan antar negara ini sebenarnya telah direncanakan tiga tahun yang lalu namun Jenderal Badai telah meminta kepada perwakilan Negara lain untuk menunggu kesadaran Tuan. Mereka sepakat untuk segera mengadakan pertemuan tepat di hari kesadaran Tuan. Pesawat Gatot Kaca Nusantara sanggup menempuh jarak itu dalam waktu enam jam Tuanku” jawabnya meyakinkanku

“Kenapa harus di Samoa? Tidak adakah Negara lain?”

“Tuanku semua Negara menginginkan keadaan yang aman dan mereka semua berpikir bahwa pertemuan di tengah Samudra Pasifik akan mengurangi resiko adanya pemberontakan dari Negara tertentu” jawan Angin lagi

“Angin siapkan rencana kedua karena aku pikir di Samoa sesuatu bisa terjadi. Amerika mempunyai armada perang yang menakutkan di sepanjang garis pemisah tanggal. Dua kapal induk mereka berpatroli di sana setahuku. Satu kapal mereka punya kapasitas untuk menghancurkan Nusantara” jawabku resah

Angin tersenyum mendengar kata kataku, dia sama sekali tak menunjukan rasa khawatir ayng senada dengan nada suaraku.

“Tuanku, kedua kapal induk mereka telah hancur tiga tahun yang lalu. Ada gempa dahsyat yag terjadi di tengah Samudra sana yang menimbulkan tsunami besar. Di saat itu Cina tak menyia-nyiakan kesempatan dan berani menyerang mereka. Tak hanya itu Tuan. Amerika begitu banyak mengalami musibah. Dunia ini bukan milik Amerika seorang saja hari ini”

Begitu banyak peristiwa yang aku lewati. Aku semakin tidak yakin dengan status kerajaanku. Mana mungkin aku bisa mengikuti pertemuan antar Negara sedangkan aku tak menyaksikan sama sekali apa yang terjadi lima tahun belakang ini.

“Angin bagaimana mungkin aku mengikuti pertemuan antar Negara sedangkan aku tak tahu menahu keadaan dunia ini?”

“Tuanku, Tuan akan pergi bersama Jenderal Badai. Beliau akan membantu Tuanku dalam berbicara” Angin berkata sambil member sebuah gulungan kertas coklat

“ Ini adalah beberapa peristiwa yang telah saya rangkum. Saya yakin Tuanku sanggup memahami dalam waktu singkat” 


Bersambung.........

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar