Senin, 13 Mei 2013


 Belajar di luar negeri memang tidak mudah. Jika pun kau dibekali dengan otak yang super encer, pasti ada saja masalah di luar pelajaran menghadang. Kebetulan otakku seperti pasta yang berada di antara fase encer dan keras. Jadi untuk menghadapi pelajaran saja, otak ini sudah gugup minta ampun. Kala problem problem lain menghadang, ia kejang kejang merinding bagai orang yang kelaparan sekaligus kedinginan. Entah benar atau tidak perumpamaan tadi. Otak memang organ yang unik, susah sekali untuk dianalogikan dengan ciptaan Tuhan yang lain.

Namun di balik kesusahan dan tantangan tantangan otak itu, ada beberapa hal yang selalu saja bisa menghibur diri. Setiap orang pasti punya hal hal yang bisa mencairkan suasana hati atau sekedar memecah keheningan. Dalam kasusku ada Sagag dan anak-anak Turki yang kutemui di pinggir jalan. Sagag biasanya menghiburku dengan pikiran-pikiran anehnya tentang dunia. Sedangkan anak-anak kecil itu membuat perutku bergoyang geli dengan ulah mereka. 

Di Turki umumnya tidak ada yang tahu dan paham akan Bahasa Indonesia. Jadi ketika sedang berjalan sendiri di tengah keramaian, biasanya kusempatkan berdialog dengan bayanganku yang bernama Sagag. Jika sedang bosan terutama ketika berada di antara kerumunan manusia, Sagag datang lalu mulai bertanya tanya. 

Sagag sebenarnya telah lahir sejak jaman SMA. Dulu ia tidak banyak keluar menemuiku. Ia hanya datang malam sebelum waktu tidur. Biasanya kami bercakap-cakap untuk setengah jam lalu terlelap pulas. Semenjak sampai di Turki ia mulai rajin datang mengunjungi. Mungkin karena dulu aku lebih banyak berbicara dengan kawan kawan kamar.

                Kemudian ada anak-anak kecil yang hampir setiap hari aku temui di jalanan. Mungkin karena warna kulit sawo matang (orang sini putih putih) dan rambut panjangku, mereka selalu mengira diri ini berasal dari Jepang atau China. Ketika berpapasan keluarlah  kata kata macam “Konichiwa” “wasingsong song” “Oromogorotogo” atau suara suara macem “Ciaaaaaaa”. Tak jarang meraka memperagakan gerakan kung fu yang sungguh menggelikan. Pada awalnya diri ini sering tersinggung dengan tingkah laku mereka. Namun lambat laun perilaku mereka menjadi terlihat lucu.

Suatu hari diri ini sedang suntuk dan muak dengan bumi. Sejak pagi hingga sore tidak ada yang mengenakkan hati. Saat jalan menyusuri sebuah komplek, aku berpapasan dengan bocah bocah.

                “Hei, Cheng Weng, konichiwa” seru seorang dari lima.

                “O Cin mi lan, Japon yoksa” saut yang lain (*Itu orang Cina apa Jepang ya?)

                “Orimo, orogitoramorogo” saut satu lagi

                “hahahahhaa”

                Diriku diam menahan tawa akan tingkah konyol segerombolan tadi. Setelah kutelan luapan tawa, kedua mataku melirik dengan sedikit disipitkan. Untuk beberapa detik terjadi tatap menatap antara diriku dan gerombolan anak kecil itu. Tak lama berselang, mereka lari. Hahaha.
Categories:

1 komentar: