Kamis, 18 Desember 2014

Roi dalam duduknya di kereta
Roi akan pergi ke Denizli lalu kembali dua hari kemudian. Ia hendak melihat sebuah situs terkenal yang berada di pesisir Laut Aegean. Ia amat ingin ke sana karena kata orang lokal "Jika kamu mengunjungi Turki tanpa singgah ke tempat itu, maka menyesalah dirimu ketika pulang". Tapi sayangnya kalimat ini juga berlaku ke beberapa tempat lain di Turki. Jadi intinya Roi harus pergi ke banyak tempat agar tak menyesal ketika pulang.

Roi memang melakukan perjalanan ini untuk memenuhi saran si orang lokal tadi. Tapi ia tak ingin sekedar menghilangkan sesal. Ia harus pergi dan membawa pulang sesuatu. Roi adalah seorang pengelana yang telah berkali-kali melakukan perjalanan. Sebuah perjalanan baginya tak sebatas sampai tujuan atau gambar-gambar momen yang terabadikan. Bagi Roi perjalanan haruslah memberi kesan kepada kelima indera miliknya. Selain itu, perjalanan juga harus memberinya ilmu sebagaimana buku memberi ilmu pada pembaca. Dan yang paling penting, perjalanan harus ekonomis karena Roi bagaimana pun adalah seorang pelajar.

Rencana Roi adalah melihat beberapa tempat, lalu menyicipi makanan lokal yng terkenal. Dia juga ingin berjalan-jalan menyentuh lumut tembok bangunan serta mendengar seruan jual-beli di pasar. Kamera miliknya terlistriki penuh. Bila pun harus kehabisan daya, Roi telah siap membawa sebuah cacatan agar tetap dapat menuliskan berbagai ilmu yang disajikan alam sekitar.

Beberapa hari sebelum pergi ia bersama beberapa kawan memesan tiket kereta api. Meski lebih lama dari perjalanan menggunakan bus, kereta menyajikan sensasi berbeda. Ia akan lebih banyak mengarungi padang luas di Tengah Dataran Anatolia. Dan yang paling penting, kereta jauh lebih murah. Ini sesuai dengan poin terakhir kriteria sebuah perjalanan buatan Roi.

Maka berangkatlah dia dari stasiun kota Ankara sore-sore. Sebelum sampai Denizli Roi harus menempuh 15 jam perjalanan kereta ke Izmir. Setelah itu akan ada lanjutan 4 jam perjalanan ke Denizli. Sebenarnya ada jalan pintas antara Ankara dan Denizli yang hanya memakan waktu 9 jam saja. Namun karena ketersediaan jalur kereta api yang mengharuskan berputar, Roi mengangguk mau dalam duduknya selama 20 jam di pinggir jendela.

Dalam duduk dan interaksinya selama di kereta, Roi mendapati dua inderanya tersenyum. Matanya puas membaca hamparan padang, telinganya senang mengamati percakapan penumpang. Ini sebuah terapi sebelum mereka ditempa ratusan jam kuliah dalam beberapa minggu ke depan. Perjalanan kereta memang indah pada mulanya. Kini empat lima jam berlalu, dan senyum indera Roi merunduk layu. Mereka hanya dapat menunggu sampai perhentian selanjutnya di Izmir.

Setelah 15 jam akhirnya Roi sampai di Izmir, kota pelabuhan yang tak lagi semegah catatan sejarah. Meski demikian, kota ini tetap besar. Hanya saja namanya sudah tak seharum saat jaya dahulu. Beberapa tahun sebelumnya Roi pernah singgah di sini. Izmir menawarkan kehangatan yang berbeda di antara keramahan masyarakat Turki seluruhnya. Warga Izmir adalah dermawan yang tak pernah jengah memberi senyum. Ini tidak bisa ditemui di kota lain negara Turki.
Roi dan kelima indera-nya yang riang
Karena pernah singgah, Roi dan kawan hanya turun kereta untuk melanjutkan perjalanan ke Denizli. Namun sebelum sampai sana mereka mampir ke Selcuk. Sebuah kota kecil di sebelah Timur Izmir. Di sana masih berdiri kota peninggalan bangsa Yunani kuno Ephesus yang kini bercerita melalui sisa bangunan teater-nya.

Teater adalah karya akbar bangsa Yunani. Melalui nya mereka mengajari bangsa lain bagaimana bersandiwara. Menghibur manusia dalam rekayasa tawa dan juga duka. Begitu fenomenal pertunjukan tersebut hingga beberapa abad setelah kemunculannya, teater berkembang menjadi syarat didirikannya sebuah kota. Kala itu, hampir setiap kota memiliki teater.

Ephesus hanyalah satu bagian dari kota turistik Selcuk. Setiap harinya, Selcuk ramai dikunjungi wisatawan mancanegara. Selain peninggalan gedung teater, terdapat umah bunda Maria yang menjadi daya tarik tersendiri bagi umat nasrani. Rumah ini terletak lima kilometer di sebelah tenggara kota Selcuk. Konon bunda Maria pernah menetap di daerah tersebut. Rumah peninggalannya kini menjadi situs suci umat Nasrani.

Atraksi turistik Selcuk semakin lengkap dengan adanya beberapa pusat pembuatan minuman keras. Di sana para wisatawan dimanjakan dengan berbagai jenis wine dan bir dengan harga yang miring. Meskipun miring, ini tidak menjadi keinginan kelima indera Roi yang telah bertahun tahun membatasi diri bergaul dengan aneka minuman tersebut.

Hari panjang yang berkesan. Bagaimana tidak, kelima indera Roi kembali bahagia bercengkrama bersama kota Selcuk. Alam dan manusia di tempat itu menjamu kelimanya sama rata. Roi menghela nafas panjang memandangi kedatangan kereta menuju Denizli. Selanjutnya akan ada empat jam lagi duduk di samping jendela. Roi beserta kawannya baru berangkat kala senja dan akan sampai di Denizli larut nanti.
Roi memandangi langit biru di Ephesus

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar